In the name of Allah, the Beneficent, the Merciful
Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani
Diriwayatkan, bahwa ketika Sayyidina Umar menjadi khalifah, ada orang di sekitar kuburan Rasulullah sedang bercengkerama dengan suara keras. Sayyidina Umar kemudian bertanya kepada orang itu, “Kamu dari mana?”
Dijawab oleh orang itu, “Dari luar kota.”
Lalu Sayyidina Umar berkata kepada orang itu, “Tidakkah kamu mengetahui, bahwa Al-Qur’an mengingatkan kita untuk jangan mengangkat suara lebih tinggi (lebih keras) dari suara Nabi?”
Orang itu kemudian terdiam dan berhenti berbicara, setelah itu keluar dari masjid setelah memberi salam kepada Rasulullah.
Diriwayatkan pula, bahwa Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar itu biasanya ketika berbicara dengan Nabi, maka suaranya lebih keras dari suara Nabi. Kemudian turun ayat ini, hingga semua orang ketika itu menjadi ketakutan. Setelah turunnya ayat ini, maka Sayyidina Umar jika berbicara kepada Nabi tidak lagi seperti biasanya. Karena takut bersuara keras, maka jika Sayyidina Umar sedang berbicara kepada Nabi, kadang-kadang Nabi mengangkat tangannya untuk mendengar suara Sayyidina Umar.
“Ya Rasulullah, kami ini memberi salam kepada sesama kami, bahkan kepada pembantu kami dengan kalimat:Assalamu’alaikum. Apakah kepada engkau juga diucapkan: Assalamu’alaikum?”
Rasulullah lalu berkata, “Tidak ada bedanya. Aku adalah makhluk Tuhan, aku adalah manusia yang mempunyai jiwa, orang lain pun sama denganku.”
Bedanya, jika kepada Nabi diucapkan shalawat, sedangkan kepada yang lain kita tidak mengucapkan shalawat. Jangankan manusia, Allah pun mengucapkan shalawat kepada Nabi.
Apakah maksud ayat ini? Maksudnya, bahwa mereka yang bersuara rendah di hadapan gurunya, berbicara dengan orang secara lemah lembut, dia tidak mengganggu orang lain, disebutkan oleh Allah bahwa mereka itu diuji hatinya. Kalau diuji, maka kemungkinannya hanya dua, yaitu lulus dan tidak lulus. Pada ayat di atas juga disebutkan, bahwa Allah menguji hati-hati mereka dengan ketaqwaan. Maksudnya, Allah memberikan ujian kepada mereka, apakah mereka itu taat kepada Al-Qur’an atau tidak.
Dalam suatu riwayat disebutkan, bahwa ada seseorang datang ke rumah Rasulullah dengan berteriak-teriak. Tujuan orang itu adalah untuk bertemu dengan Rasulullah. Ketika bertemu dengan Abu Bakar, ia tidak mau berbicara dengan Abu Bakar. Begitu juga ketika bertemu dengan Umar, Utsman, dan Ali. Dalam riwayat lain juga dikatakan, bahwa Umar mengusir orang itu, karena caranya untuk bertemu dengan Rasulullah itu salah. Barangkali dalam kehidupan kita juga begitu. Misalkan ingin bertemu dengan seseorang, tapi karena waktunya tidak tepat, maka akhirnya tidak dapat bertemu.
Disebutkan pada ayat di atas, bahwa mereka yang tidak mengganggu itu, maka akan mendapatkan ampunan dan pahala yang sangat besar dari Allah. Jadi, kalau kita ingin mendapatkan ampunan dan pahala yang besar dari Allah, maka alangkah baiknya kita jalankan akhlak ini. Dan insya Allah dalam kehidupan dengan sesama manusia, maka kita akan selalu hidup dalam kedamaian, dalam bertetangga misalkan. Bukan hanya damai dengan sesama manusia, tetapi juga damai dengan Allah, karena Allah akan memberikan ampunan kepada kita dan memberikan pahala yang besar.
No comments:
Post a Comment