a

Saturday, 30 October 2010

QS (at-tiin: 4) “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

QS (at-tiin: 4) yang artinya

“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.



TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH




FUNGSI DAN PERANAN MANUSIA

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.

Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diridan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :

1.Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54)

belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

2.Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)

ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja, tetapi juga ilmu Allah.

3.Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 )

Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak Tuhan. Manusia mati bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan saatnya dan caranya. Seluruhnya berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum mutlak yang tak dapat dirubah oleh siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi manusia yang amat terbatas pikirannya.

Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya tertawa senang sewaktu diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu Tuhan mengambil sesuatu dari kita. Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak terjang hidup kita dengan kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain tidak penting lagi.

Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri Dan mementingkan diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia adalah pemain sandiwaranya Yang berperan diatas panggung kehidupan Sutradara yang menentukan permainannya Dan ingatlah bukan perannya yang penting Melainkan cara manusia yang memainkan perannya itu.

Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak pandai dan baik permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara memberi peran kecil tak berarti Peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata Kalau pemegang peran itu memainkannya dengan sangat baik Tentu ia akan sangat terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia.

Apalah artinya seorang pembesar Yang dimuliakan rakyat Bila ia lalim rakus dan melakukan hal hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia Dan juga dimata Tuhan. Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia Yang menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa yang bodoh miskin Dan dianggap rendah namun mempunyai sepak terjang Dalam hidup ini penuh dengan kebajikan Yang melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran. Maka mereka itulah yang paling mulia dimata Tuhan.

“Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat malaikat malaikat yang bengis dan sadis yang tidak mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang diperintahkan”

Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan peranannya selama hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan keluarga.Bukan diawali dari peran untuk keluarga atau pun negara tapi justru peran itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan untuk orang lain.Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal,ketika sebuah pribadi telah menguasai peranannya untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk orang lain,terutama keluarga.Ada sebuah kata kata dari seorang teman yang pernah berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia berkata pada saya”kawan untuk kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain tentunya kita harus dalam kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam kondisi kekurangan terus kita meberi untuk orng lain”.Jadi untuk bisa membangun sebuah keluarga, kelompok, negara dan mungkin yang lebih besar lagi maka haruslah menjadi kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu membangun diri kita.

TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH

Tanggungjawab Abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif ( naik-turun ), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu wayanqusu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).

Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggungjawab terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, dalam al-Qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahliikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman dari neraka).

Allah dengan ajaranNya Al-Qur’an menurut sunah rosul, memerintahkan hambaNya atau Abdullah untuk berlaku adil dan ikhsan. Oleh karena itu, tanggung jawab hamba Allah adlah menegakkan keadilanl, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan berpedoman dengan ajaran Allah, seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral dan kenungkaran yang mengancam diri dan keluarganya. Oleh karena itu, Abdullah harus senantiasa melaksanakan solat dalam rangka menghindarkan diri dari kekejian dan kemungkaran (Fakhsyaa’iwalmunkar). Hamba-hamba Allah sebagai bagian dari ummah yang senantiasa berbuat kebajikan juga diperintah untuk mengajak yang lain berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran (Al-Imran : 2: 103). Demikianlah tanggung jawab hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.

TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.

Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.

Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah :

“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.

Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya.

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya

“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

KESIMPULAN

Manusia adalah mahluk Allah yang paling mulia,di dalam Al-qur’an banyak sekali ayat-ayat Allah yang memulyakan manusia dibandingkan dengan mahluk yang lainnya.Dan dengan adanya ciri-ciri dan sifat-sifat utama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia menjadikannya makhluk yang terpilih diantara lainnya memegang gelar sebagai khalifah di muka bumi untuk dapat meneruskan,melestarikan,dan memanfaatkan segala apa yang telah Allah ciptakan di alam ini dengan sebaik-baiknya.

Tugas utama manusia adalah beribadah (????????????? )kepada Allah SWT.Semua ibadah yang kita lakukan dengan bentuk beraneka ragam itu akan kembali kepada kita dan bukan untuk siapa-siapa.Patuh kepada Allah SWT,menjadi khalifah,melaksanakan ibadah,dan hal-hal lainnya dari hal besar sampai hal kecil yang termasuk ibadah adalah bukan sesuatu yang ringan yang bisa dikerjakan dengan cara bermain-main terlebih apabila seseorang sampai mengingkarinya.Perlu usaha yang keras,dan semangat yang kuat ketika keimanan dalam hati melemah,dan pertanggungjawaban yang besar dari diri kita kelak di hari Pembalasan nanti atas segala apa yang telah kita lakukan di dunia



more


http://www.membuatblog.web.id/2010/02/pengertian-hakikat-manusia.html

QS Al-Baqarah : 30 “Dan ketika Tuhanmu telah berkata kepada para malaikat,’Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi”.

“Dan ketika Tuhanmu telah berkata kepada para malaikat,’Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifahdi bumi”. (QS Al-Baqarah : 30).


TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH



and


KONSEP KHILAFAH DALAM ISLAM




Ayat-ayat Yang Memuat Kata Al-Khalifah

“Dan ketika Tuhanmu telah berkata kepada para malaikat,’Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifahdi bumi”. (QS Al-Baqarah : 30).

“Wahai Dawud ! Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu sebagai seorang khalifah di bumi. Maka hukumilah manusia dengan haq. Dan janganlah memperturutkan hawa nafsu sehingga ia menyesatkan kamu dari jalan Allah”. (QS Shaad: 26)


==


Ayat-ayat Yang Memuat Kata Al-Khala-if

“Dan Dia-lah yang telah menjadikan kalian (manusia) khalifah-khalifah di bumi, dan telah mengangkat sebagian kalian diatas sebagian yang lain, untuk menguji kalian atas apa-apa yang Dia berikan kepada kalian”. (QS Al-An’am: 165)

“Dan sungguh telah Kami hancurkan generasi-generasi sebelum kalian ketika mereka berlaku zhalim, dan para rasul telah datang kepada mereka dengan keterangan yang nyata akan tetapi mereka tidak beriman. Demikianlah Kami membalas kaum yang suka berbuat jahat. Kemudian Kami telah menjadikan kalian sebagai khalifah-khalifah di bumi sesudah mereka agar Kami melihat bagaimana kalian beramal”. (QS (QS Yunus: 14)

“Maka mereka mendustakan Nuh, maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang bersamanya dalam sebuah perahu, dan Kami jadikan mereka sebagai khalifah-khalifah, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan”. (QS Yunus: 73)

“Dialah yang telah menjadikan kalian sebagai khalifah-khalifah di bumi. Maka barangsiapa kufur, niscaya kekufurannya itu akan menimpa dirinya sendiri ….. (QS Fathir: 39)

Ayat-ayat Yang Memuat Kata Al-Khulafa’

“…. Dan ingatlah ketika Dia telah menjadikan kalian sebagai khalifah-khalifah sesudah kaum Nuh, dan Dia telah melebihkan perawakan tubuh kalian ….” (QS Al-A’raf: 69) [ucapan Huud as. kepada kaumnya]

“…. Dan ingatlah ketika Dia telah menjadikan kalian sebagai khalifah-khalifah sepeninggal kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi …” (QS Al-A’raf: 74) [ucapan Shalih as. kepada kaumnya]

“Atau siapakah yang memperkenankan do’a orang yang terjepit apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan , dan yang menjadikan kalian sebagai khalifah-khalifah bumi (khulafa’ al-ardh) .. “ (QS Al-Naml: 62)

Ayat-ayat Yang Memuat Kata Al-Istikhlaf

“Dan Allah telah menjanjikan bagi orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang beramal shalih, bahwa Dia sungguh akan meng-istikhlaf mereka (menjadikan mereka sebagai khalifah) di bumi sebagaimana Dia telah meng-istikhlaf (menjadikan sebagai khalifah) orang-orang sebelum mereka, dan (janji) bahwa Dia sungguh akan meneguhkan bagi mereka din yang telah diridhai-Nya bagi mereka …..”. (QS Al-Nur: 55)

“Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan nafkahkanlah sebagian dari apa-apa yang Dia telah menjadikan kalian mustakhlaf (yang dijadikan sebagai khalifah) terhadapnya”. (QS Al-Hadid: 7)

“Dan Rabb-mu Maha Kaya dan Yang Memiliki Rahmat. Jika Dia berkehendak maka Dia akan memusnahkan kalian dan akan meng-istikhlaf (menjadikan sebagai khalifah) apa yang dikehendakinya setelah kemusnahan kalian, sebagaimana Dia telah menjadikan kalian dari keturunan kaum yang lain (sebelum kalian)”. (QS Al-An’am: 133)

“Jika kalian berpaling maka sungguh aku telah menyampaikan kepada kalian apa-apa (ajaran) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepada kalian. Dan Rabb-ku akan meng-istikhlaf (menjadikan sebagai khalifah)kaum selain kalian ….” (QS Huud: 57)

“Mereka (kaum Musa) berkata (kepada Musa),’Kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang dan sesudah kamu datang’. Musa menjawab,’Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh kalian dan meng-istikhlaf kalian (menjadikan kalian sebagai khalifah) di bumi, maka Dia akan melihat bagaimana kalian beramal”. (QS Al-A’raf: 129)

Ayat-ayat Yang Memuat Kata Kerja kh-l-f

”Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun,’Gantikanlah aku (ukhlufniy) dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, …” (QS Al-A’raf: 142)

Penjelasan mengenai kata al-khilafah dalam kamus Lisan al-‘Arab

  1. Al-khalf : belakang, lawan dari depan (muka)
  2. Al-khalaf : yang datang belakangan sebagai ganti dari yang sebelumnya.
  3. Al-takhalluf : terlambat
  4. Al-khaalif (Jmk: khawaalif) : yang datang terlambat (ketinggalan)
  5. Al-khaliifah : yang terbelakang, yang datang kemudian sehingga terlambat, yang mengikuti apa yang lebih dahulu, yang menggantikan apa yang lebih dahulu.

Ibn al-Atsir mengatakan: al-khaliifah (lam panjang) artinya orang yang menggantikan (menduduki posisi) pendahulunya dan menjalankan fungsi pendahulunya itu. Huruf ta’ marbuthah disitu adalah untuk tujuanmubalaghah (dan bukan untuk menunjukkan muannats). Bentuk jamaknya ada dua. Pertama, al-khulafaa’(seperti pada al-zhariif – al-zhurafaa’). Kedua, al-khalaa-if (seperti pada zhariifah – zharaa-if). Sementara al-khaalifah (kha’ panjang) menunjukkan ketercelaan seseorang (orang yang ketinggalan, orang yang banyak khilaf).

Oleh karena itu Ibn ‘Abbas meriwayatkan hadits: “Bahwasanya seorang Arab Badui bertanya pada Abu Bakr ra.,’Anda khaliifah Rasulullah ?’ Maka Abu Bakr menjawab,’Tidak’. ‘Lalu apakah Anda ini ?’. ‘Saya adalahkhaalifah sepeninggal beliau’. Agaknya jawaban Abu Bakr diatas muncul karena ke-tawadhu’-an beliau.

Dari beberapa keterangan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa makna khaliifah ialah:

Pertama, khaliifah berarti seorang pengganti Allah di muka bumi, dalam rangka menunaikan amanat-Nya dan menegakkan hukum-hukum-Nya di muka bumi. Ini tidak berarti bahwa Allah lemah dan tidak berkuasa sehingga membutuhkan bantuan. Bukankah Allah juga menciptakan para malaikat yang dibebani tugas-tugas tertentu ? Sesungguhnya Allah menciptakan manusia sebagai pengganti-Nya adalah sebagai wasilah sunnatullah bagi kemahakuasaan-Nya. Bukankah Allah mengalahkan orang-orang yang ingkar melalui tangan-tangan orang-orang yang beriman (mujahidin) ? Apakah ini berarti Allah tidak mampu membasmi mereka sendirian ? Sebenarnya secara hakiki Allah-lah yang melakukan itu semua, karena kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu. “Bukanlah kamu yang memanah ketika kamu memanah, akan tetapi Allah-lah yang memanah”(QS Al-Anfal: 17). Manusia juga disebut sebagai khalifah-khalifah bumi (khulafa’ al-ardh) karena telah menjadi kepanjangan tangan bagi kekuasaan Allah –dalam batas-batas tertentu- di bumi. Berangkat dari sini kita akan memahami bahwa pada dasarnya tugas manusia untuk menggantikan-Nya merupakan ujian bagi manusia, bagaimanakah perbuatan mereka di muka bumi ini, apakah mencerminkan posisinya sebagai pengganti-Nya ataukah tidak. Untuk itulah kita wajib me-ma’rifat-i nama-nama dan sifat-sifat Allah, agar kita bisa merefleksikan nama-nama dan sifat-sifat-Nya itu dalam kehidupan kita di bumi, sehingga kita seolah-olah merupakan pengganti-Nya. “Takhallaquu bi akhlaaqil-Laah (Berakhlaqlah dengan akhlaq Allah)”.

Khaliifah dalam pengertian ini secara spesifik dinisbatkan kepada Adam as (QS. Al-Baqarah: 30) dan Dawud as(QS. Shaad: 26).

Namun, sebagian ulama (antara lain Ibn Taimiyyah) melarang keras penggunaan istilah khalifat al-Lah, sebab istilah khalifah hanya layak diberikan kepada sesuatu yang menggantikan sesuatu yang telah mati atau telah tidak ada di tempat, padahal Allah selalu hidup dan selalu ada menyertai dan mengawasi para hamba-Nya. Ibn Taimiyyah kemudian menguatkan pendapatnya tersebut dengan riwayat yang menyatakan bahwa seseorang berkata pada Abu Bakr,’Wahai khaliifah al-Lah’. Maka beliau menjawab,’Aku bukan khaliifah al-Lah melainkan khaliifah al-Rasul’. Beliau juga mengatakan bahwa barangsiapa menjadikan bagi Allah seorang khalifah, maka dia telah telah menyekutukan-Nya.

Sebetulnya, kontradiksi diatas timbul karena perbedaan definisi dan persepsi. Apabila kita kembali kepada esensi dan mengabaikan ungkapan-ungkapan (simbol-simbol) bahasa, maka pada dasarnya kontradiksi itu tidak ada. Apalagi kalau kita bisa memahami bahwa pendapat Ibn Taimiyyah diatas merupakan sanggahan terhadap pendapat para sufi dan filosof, yang memang sudah melampaui batas, misalnya dengan mengatakan bahwa raja (sultan), atau manusia pada umumnya, merupakan bayang-bayang Allah (zhill al-Lah).

Kedua, khaliifah berarti pengganti dari yang sebelumnya karena telah tiada, seperti pada kaum yang menggantikan kaum Nuh dan kaum ‘Aad setelah musnah dihancurkan oleh Allah. Demikian pula Banu Israil yang menggantikan kaum Fir’aun yang telah ditenggelamkan. Abu Bakr disebut sebagai khaliifah al-Rasulkarena telah menggantikan Rasulullah sepeninggal beliau. (Sesuai dengan riwayat yang menyatakan bahwa seseorang berkata pada Abu Bakr,’Wahai khaliifah al-Lah’. Maka beliau menjawab,’Aku bukan khaliifah al-Lah melainkan khaliifah al-Rasul’.)

Oleh karena itu, secara umum bisa dikatakan bahwa khaliifah berarti pengganti dari sesuatu yang sedang ghaib (tidak hadir). Manusia disebut sebagai khaliifah Allah karena –seolah-olah- telah menggantikan Allah di bumi selama kehidupan dunia fana, dimana selama itu Allah menyembunyikan diri dari penglihatan makhluk-Nya (ghaib ‘inda al-nazhr al-zhahiriy). Di akhirat nanti, Allah akan menampakkan diri-Nya, sehingga pada saat itu berakhirlah kekhalifahan manusia dan berakhirlah masa ujian bagi manusia.

Harun as disebut sebagai khalifah Musa as karena Harun harus menggantikan Musa selama kepergiannya (keghaibannya). Kaum-kaum yang menggantikan kaum ‘Aad dan kaum Nuh, Banu Israil yang menggantikan kaum Fir’aun, serta Abu Bakr yang menggantikan Rasulullah, disebut sebagai khaliifah karena telah menggantikan generasi sebelumnya yang telah lenyap (ghaib).

Manusia Wajib Berhukum dengan Hukum Allah

Berangkat dari misi manusia sebagai khalifah Allah (pengganti Allah) di muka bumi, maka manusia harus beramal sesuai dengan apa yang dikehendaki (diridhai) oleh-Nya. Segala amal manusia yang selaras dengan kehendak Allah sehingga mendatangkan keridhaan-Nya itulah yang dinamakan sebagai ibadah.

Salah satu sifat Allah yang terpenting adalah keadilan. Karena manusia merupakan pengganti Allah di bumi maka manusia wajib menegakkan keadilan di bumi. Keadilan akan tercapai apabila manusia menegakkan hukum-hukum Allah. Keadilan yang dilandaskan pada hukum-hukum Allah merupakan keadilan yang hakiki karena Allah merupakan dzat yang mengetahui hakikat segala sesuatu. Allah menurunkan hukum-hukum-Nya melalui utusan-utusan-Nya, yang membawa ajaran-ajaran dan kitab-kitab-Nya. Oleh karena itu, berhukum dengan kitab Allah merupakan satu-satunya jalan mencapai keadilan hakiki.

Interpretasi terhadap Hukum-hukum dalam Kitab Allah.

Sebagai pemikul amanat Allah, manusia telah dibekali dengan akal. Dengan akal itulah manusia memahami isi kitab Allah. Tanpa akal, manusia tidak mungkin dapat memahami isi kitab Allah. Akal yang bisa memahami adalah akal yang difungsikan. Jadi, akal itu bersifat potensial. Ia akan menjadi aktif setelah disinari oleh hidayah Allah.

Allah Maha Adil. Setiap manusia yang bermujahadah untuk memfungsikan (mengaktifkan) akalnya pasti akan diberi hidayah oleh Allah. “ Dan orang-orang yang bermujahadah dalam (mencari jalan) Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” (QS. Al-‘Ankabut: 69). Jadi setiap orang yang belum menemukan jalan Tuhannya pastilah orang yang belum bermujahadah (berusaha sekuat tenaga) dalam mencari jalan-Nya. Ingatlah bagaimana Ibrahim telah bermujahadah dalam mencari Tuhannya, sehingga setelah pencarian yang panjang akhirnya Allah memberikan petunjuk kepadanya.

Akal yang berada dibawah sinar hidayah Allah itulah yang akan mampu memahami isi kitab Allah. Namun perlu disadari bahwa kualitas sinar hidayah itu bisa berbeda-beda pada tiap manusia, sehingga kualitas pemahaman yang dihasilkan pun berbeda-beda. Sinar hidayah yang paling kuat adalah sinar nubuwwah (kenabian), sehingga seorang nabi akan mampu memahami hal-hal yang sama sekali tidak bisa dipahami oleh orang biasa. Dengan sinar kenabian itu, Allah telah mengkaruniakan ilmu yang hakiki dan hikmah tertinggi kepada para nabi-Nya. Oleh karena itu, nabi memiliki otoritas penuh dari Allah untuk meng-interpretasikan isi kitab Allah yang dibawanya. Kebenaran interpretasi nabi bersifat pasti, sehingga segala keterangan yang datang dari nabi harus diterima sebagai kebenaran absolut yang datang dari Allah.

Sinar hidayah yang derajatnya berada setingkat dibawah nabi adalah sinar hidayah yang diterima oleh para ulama. Dengan sinar hidayah ini, seorang ulama akan mampu memahami hal-hal yang belum bisa dipahami oleh kebanyakan orang. Oleh karena itu, para ulama merupakan referensi sekunder dalam mencari interpretasi isi kitab Allah. Dari sini kita bisa memahami sabda Rasulullah,”Ulama merupakan pewaris para nabi”.

Perbedaan pendapat dalam interpretasi pada dasarnya disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda, keluasan pandangan yang berbeda, atau kedalaman pandangan yang berbeda. Barangsiapa mampu memandang suatu persoalan dari segala sudut pandang, meliputi segenap dimensinya, dan menyentuh bagian-bagian terdalamnya, maka dia telah mampu memahami persoalan tersebut dengan pemahaman yang terbaik. Marilah kita mengambil gambaran dari sebuah obyek tiga dimensi. Seseorang yang mengamati salah satu atau sebagian proyeksi dari obyek tersebut sebenarnya telah memahami obyek tersebut, hanya saja tidak secara utuh. Namun jika dia mampu mengamati obyek tersebut secara menyeluruh (dari segenap proyeksinya) maka dia telah mampu memahami obyek tersebut secara utuh. Demikian pula apabila seseorang hanya mampu memahami bagian luar obtek tersebut maka dia juga telah memahami obyek tersebut, hanya saja tidak sempurna. Namun apabila dia mampu memahami obyek tersebut sampai ke relung-relungnya yang paling dalam, maka dia telah mampu memahami obyek tersebut secara sempurna.

Aspek-aspek teknis dalam masalah interpretasi kitab Allah dibahas secara panjang lebar dalam kajian ushul fiqh. Untuk menghemat ruang dan waktu, penulis tidak ingin membahasnya disini.

Sunnatullah: Segala Sesuatu Membutuhkan Sang Pengatur (Pemimpin)

Allah merupakan Sang Pengatur Tertinggi atas segala sesuatu. Seandainya tidak ada Sang Pengatur Tertinggi, niscaya alam akan rusak binasa. Bahkan kalaupun ada pengatur, namun jumlahnya ada dua dan sederajat, maka alam akan rusak binasa pula. “Andaikan di langit dan bumi ada banyak ilah selain Allah, tentu keduanya akan rusak binasa” (QS. Al-Anbiya’: 22).

Keberadaan manusia sebagai pengganti Allah di bumi berarti bahwa manusia merupakan pengatur bagi segenap yang ada di bumi agar tidak rusak binasa. Apabila bumi mengalami kerusakan maka yang bertanggung jawab adalah manusia. Oleh karena itu, segenap kerusakan yang ada di bumi akan dinisbatkan kepada sikap dan tingkah laku manusia. “Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat tingkah laku manusia” (QS. Al-Ruum: 41).

Setiap manusia merupakan pengatur (al-raa’y), hanya saja ruang lingkupnya bisa beragam. “Setiap kalian adalah pengatur (al-raa’y, penggembala) dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepengaturannya (kepemimpinannya). Setiap manusia bertanggung jawab atas kelestarian alam, karena alam merupakan obyek bumi yang mengelilingi manusia. Komunitas sesama manusia pun memerlukan pengaturan, karena setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda, yang mungkin akan kontraproduktif terhadap kepentingan individu yang lain. Jika berbagai kepentingan individu ini tidak diatur oleh seorang pengatur maka kepentingan-kepentingan tersebut akan saling bertabrakan sehingga akan terjadi kerusakan. Tabrakan-tabrakan kepentingan inilah yang dalam Al-Qur’an dinyatakan sebagai sesuatu yang harus ditengahi dengan hukum (al-hukm), yang tidak lain adalah hukum Allah. Hukum Allah inilah yang akan bisa menengahi pertikaian kepentingan secara adil (bi al-‘adl, bi al-qisth), sehingga segala sesuatu akan berada pada tempat yang semestinya, sehingga keseimbangan alam pun akan tetap terjaga.

Hukum Menegakkan Khilafah (Negara)

Secara umum terdapat dua arus pemikiran utama mengenai hukum menegakkan negara. Golongan pertama mengatakan bahwa negara wajib ditegakkan. Diantara mereka ada yang mengatakan bahwa wajibnya penegakan negara didasarkan pada nash. Sebagian yang lain mengatakan bahwa pewajiban itu didasarkan pada akal. Sebagian yang lainnya lagi mengatakan bahwa pewajiban itu didasarkan oleh nash sekaligus akal.

Golongan kedua mengatakan bahwa negara boleh ditegakkan, namun tidak harus. Yang harus adalah tegaknya hukum-hukum Allah dan tercapainya ketertiban dalam kehidupan manusia. Golongan ini memiliki pola berpikir yang sangat idealis. Mereka berpikir bahwa apabila semua manusia memiliki kebijaksanaan maka secara otomatis tatanan masyarakat akan tertib dan hukum-hukum Allah akan tegak. Pertanyaan yang perlu diajukan adalah mungkinkah itu terjadi ? Mungkinkah setiap manusia akan memiliki kebijaksanaan tanpa ada satupun yang berperangai dan berbuat jahat ?

Titik temu diantara kedua golongan diatas ialah bahwa tegaknya hukum-hukum Allah merupakan suatu keharusan. Setelah kita memahami bahwa hukum-hukum Allah tidak akan mungkin bisa tegak dengan sendirinya tanpa adanya kepemimpinan (negara), maka kita pun sampai pada kesimpulan bahwa negara wajib ditegakkan. Alasannya, negara merupakan wasilah menuju tegaknya hukum-hukum Allah. Apabila suatu kewajiban tidak bisa dicapai kecuali melalui suatu wasilah yang pada asalnya tidak wajib sekalipun, maka wasilah itu menjadi wajib.

Kriteria Seorang Pemimpin

Karena seorang pemimpin merupakan khalifah (pengganti) Allah di muka bumi, maka dia harus bisa berfungsi sebagai kepanjangan tangan-Nya. Allah merupakan Rabb semesta alam, yang berarti dzat yang men-tarbiyah seluruh alam. Tarbiyah berarti menumbuhkembangkan menuju kepada kondisi yang lebih baik sekaligus memelihara yang sudah baik. Karena Allah men-tarbiyah seluruh alam, maka seorang pemimpin harus bisa menjadi wasilah bagi tarbiyah Allah tersebut terhadap segenap yang ada di bumi. Jadi, seorang pemimpin harus bisa menjadi murabbiy bagi kehidupan di bumi.

Karena tarbiyah adalah pemeliharaan dan peningkatan, maka murabbiy (yang men-tarbiyah) harus benar-benar memahami hakikat dari segala sesuatu yang menjadi obyek tarbiyah (mutarabbiy, yakni alam). Pemahaman terhadap hakikat alam ini tidak lain adalah ilmu dan hikmah yang berasal dari Allah. Pemahaman terhadap hakikat alam sebetulnya merupakan pemahaman (ma’rifat) terhadap Allah, karena Allah tidak bisa dipahami melalui dzat-Nya dan hanya bisa dipahami melalui ayat-ayat-Nya. Kesimpulannya, seorang pemimpin haruslah seseorang yang benar-benar mengenal Allah, yang pengenalan itu akan tercapai apabila dia memahami dengan baik ayat-ayat Allah yang terucap (Al-Qur’an) dan ayat-ayat-Nya yang tercipta (alam).

Bekal pemahaman (ilmu dan hikmah) bagi seorang pemimpin merupakan bekal paling esensial yang mesti ada. Bekal ini bersifat soft, yang karenanya membutuhkan hardware agar bisa berdaya. Ibn Taimiyyah menyebut hardware ini sebagai al-quwwat, yang bentuknya bisa beragam sesuai dengan kebutuhan. Dari sini bisa disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki dua kriteria: al-‘ilm dan al-quwwat.

Yang dimaksud dengan al-‘ilm (ilmu) tidaklah hanya terbatas pada al-tsaqafah (wawasan). Wawasan hanyalah sarana menuju ilmu. Ilmu pada dasarnya adalah rasa takut kepada Allah. Karena itulah Allah berfirman,”Yang takut kepada Allah diantara para hamba-Nya hanyalah para ulama” (QS. Faathir: 28). Ibnu Mas’ud pun mengatakan,”Bukanlah ilmu itu dengan banyaknya riwayat, akan tetapi ilmu adalah rasa takut kepada Allah”. Namun bagaimana rasa takut itu bisa muncul ? Tentu saja rasa itu muncul sesudah mengenal-Nya, mengenal keperkasaan-Nya, mengenal kepedihan siksa-Nya. Jadi ilmu itu tidak lain adalah ma’rifatkepada Allah. Dengan mengenal Allah, akan muncul integritas pribadi (al-‘adalat wa al-amanat) pada diri seseorang, yang biasa pula diistilahkan sebagai taqwa. Dari sini, dua kriteria pemimpin diatas bisa pula dibahasakan sebagai al-‘adalat wa al-amanat (integritas pribadi) dan al-quwwat.

Selanjutnya, marilah kita tengok bagaimanakah kriteria para penguasa yang digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Dalam hal ini kita akan mengamati sosok Raja Thalut (QS. Al-Baqarah: 247), Nabi Yusuf (QS. Yusuf: 22), Nabi Dawud dan Sulaiman (Al-Anbiya’: 79, QS Al-Naml: 15).

Raja Thalut:

“Sesungguhnya Allah telah memilihnya (Thalut) atas kalian dan telah mengkaruniakan kepadanya kelebihan ilmu dan fisik (basthat fi al-‘ilm wa al-jism)” (QS. Al-Baqarah: 247).

Nabi Yusuf:

“Dan ketika dia (Yusuf) telah dewasa, Kami memberikan kepadanya hukm dan ‘ilm” (QS. Yusuf: 22).

Nabi Dawud dan Sulaiman:

“Maka Kami telah memberikan pemahaman tentang hukum (yang lebih tepat) kepada Sulaiman. Dan kepada keduanya (Dawud dan Sulaiman) telah Kami berikan hukm dan ‘ilm” (QS. Al-Anbiya’: 79).

“Dan sungguh Kami telah memberikan ‘ilm kepada Dawud dan Sulaiman” (QS. Al-Naml: 15).

Thalut merupakan seorang raja yang shalih. Allah telah memberikan kepadanya kelebihan ilmu dan fisik. Kelebihan ilmu disini merupakan kriteria pertama (al-‘ilm), sementara kelebihan fisik merupakan kriteria kedua (al-quwwat). Al-quwwat disini berwujud kekuatan fisik karena wujud itulah yang paling dibutuhkan saat itu, karena latar yang ada adalah latar perang.

Yusuf, Dawud, dan Sulaiman merupakan para penguasa yang juga nabi. Masing-masing dari mereka telah dianugerahi hukm dan ‘ilm. Dari sini kita memahami bahwa bekal mereka ialah kedua hal tersebut. Apakahhukm dan ‘ilm itu ?

Hukm berarti jelas dalam melihat yang samar-samar dan bisa melihat segala sesuatu sampai kepada hakikatnya, sehingga bisa memutuskan untuk meletakkan segala sesuatu pada tempatnya (porsinya). Atas dasar ini, secara sederhana hukm biasa diartikan sebagai pemutusan perkara (pengadilan, al-qadha’). Adanya hukm pada diri Dawud, Sulaiman, dan Yusuf merupakan kriteria al-quwwat, yang berarti bahwa mereka memiliki kepiawaian dalam memutuskan perkara (perselisihan) secara cemerlang. Al-quwwat pada diri mereka berwujud dalam bentuk ini karena pada saat itu aspek inilah yang sangat dibutuhkan.

Disamping al-hukm sebagai kriteria kedua (al-quwwat), ketiga orang tersebut juga memiliki bekal al-‘ilmsebagai kriteria pertama (al-‘ilm). Jadi, lengkaplah sudah kriteria kepemimpinan pada diri mereka.

Pada dasarnya, kriteria-kriteria penguasa yang dikemukakan oleh para ulama bermuara pada dua kriteria asasi diatas. Meskipun demikian, sebagian ulama terkadang menambahkan beberapa kriteria (yang sepintas lalu berbeda atau jauh dari dua kriteria asasi diatas), dengan argumentasi mereka masing-masing. Namun, jika kita berusaha memahami hakikat dari kriteria-kriteria tambahan tersebut, niscaya kita dapati bahwa semua itu pun tetap bermuara pada dua kriteria asasi diatas.

Imam Mawardi menyebut golongan penguasa sebagai ahlul imamah, yang harus memenuhi tujuh kriteria, yaitu:

  1. Al-‘adalat.
  2. Ilmu ijtihad.
  3. Memiliki kesehatan indera pendengaran, penglihatan, dan lisan.
  4. Memiliki kesehatan anggota badan yang memungkinkan baginya bergerak dengan baik.
  5. Memiliki kapasitas intelektual yang melimpah, yang memungkinkan baginya untuk mengatur negara dalam mencapai maslahat.
  6. Memiliki heroisme yang memungkinkan baginya menjaga kedaulatan negara.
  7. Nasab: harus dari kabilah Quraisy.

Kalau kita mengamati kriteria Mawardi, maka kita dapati bahwa kriteria ke-1 dan ke-2 merupakan kriteriaal-‘ilm, sementara kriteria ke-3 sampai dengan kriteria ke-6 masuk kedalam kriteria al-quwwat. Kriteria ke-3 dan ke-4 merupakan kekuatan fisik (al-quwwat al-jasadiyyat), sedangkan kriteria ke-5 dan ke-6 merupakan kekuatan non fisik (al-quwwat al-ma’nawiyyat).

Satu kriteria yang sepintas lalu tidak termasuk kedalam dua kriteria asasi adalah kriteria ke-7 (nasab). Namun kalau dicermati, kriteria nasab pada dasarnya masuk kedalam kriteria al-quwwat. Sebagaimana dikatakan oleh beberapa pakar sosiologi Islam, keharusan nasab Quraisy bagi seorang khalifah (pemimpin tertinggi dunia Islam) pada hakikatnya bertujuan untuk menggalang legitimasi dan dukungan dari segenap lapisan rakyat, karena pada masa-masa awal Islam kabilah Quraisy merupakan kabilah yang paling dihormati dan disegani oleh semua pihak. Dengan demikian apabila sang khalifah berasal dari Quraisy, maka legitimasi dan dukungan akan mudah didapat, sehingga stabilitas pemerintahan bisa dicapai. Jadi, nasab ke-Quraisy-an disini merupakan kekuatan legitimasi bagi seorang penguasa. Kekuatan legitimasi sendiri merupakan salah satu bentuk kekuatan (al-quwwat).

Kita bisa mengatakan bahwa kriteria Mawardi diatas tidak lagi dikemukakan dalam tataran esensial, namun sudah berada dalam tataran derivatif. Sesuatu yang derivatif tidak bersifat mutlak. Ia bisa berubah sedemikian rupa dalam rangka memenuhi tujuan-tujuan esensialnya.

Ada baiknya jika kita mencoba untuk merumuskan kembali kriteria Mawardi dalam tataran pertengahan, tidak terlampau esensial (sebagaimana tampak pada dua kriteria asasi) sehingga terkesan mengawang-awang, namun juga tidak terlampau derivatif (sebagaimana tampak pada formulasi Mawardi) sehingga bersifat kondisional (tidak selalu relevan dengan segala kondisi).

Kriteria pertama (al-‘adalat, integritas pribadi) tidak membawa persoalan. Kriteria kedua juga merupakan suatu kepastian. Ilmu ijtihad merupakan kecerdasan teoritis-transendental (al-kais al-nazhariy al-syar’iy) yang merupakan instrumen yang wajib dimiliki oleh seorang khalifah, agar ia bisa menetapkan kebijakan yang sesuai dengan hukum-hukum Ilahi. Tanpa kriteria kedua ini, kepemimpinan seseorang akan terlepas dari kerangka Ilahi, yang berarti menyalahi fungsi manusia sebagai khalifat al-Lah.

Kriteria ketiga pada dasarnya lebih mengarah pada fungsi dari indera-indera fisiknya ketimbang jasad fisik dari indera-indera fisik itu. Indera penglihatan dan penglihatan merupakan alat eksternal untuk memperoleh pengetahuan secara sempurna. Indera lisan merupakan alat yang paling cepat dan efektif untuk menyampaikan informasi (pengetahuan). Jadi ketiga indera tersebut merupakan hardware untuk input dan output dari suatu “CPU” yang bernama akal. Andaikan ada alat artificial yang bisa menggantikan fungsi input dan output pengetahuan dengan kualitas yang sama dengan yang dilakukan oleh ketiga alat indera tersebut, niscaya keberadaan alat artificial tersebut bisa memenuhi kriteria ketiga. Namun, adakah ciptaan manusia yang bisa menyamai ciptaan Allah ?

Kriteria keempat (kelengkapan anggota badan yang memungkinkan gerak yang baik) pada dasarnya ditetapkan untuk menjamin kemampuan dalam melakukan berbagai aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang khalifah. Betapa banyak aktivitas yang membutuhkan gerak, baik gerak anggota badan relatif terhadap badan maupun gerak badan relatif terhadap bumi. Di masa silam, semua tuntutan tersebut hanya mungkin dilaksanakan dengan anggota badan yang lengkap. Namun di era informasi-globalisasi sekarang ini, berbagai aktivitas yang layaknya dilakukan oleh seorang khalifah tidaklah secara mutlak mensyaratkan kelengkapan anggota badan. Jadi, kriteria keempat Mawardi, dengan formulasi beliau, tidak lagi relevan untuk saat ini. Yang masih relevan adalah jiwa dari formulasi beliau, yaitu jaminan kemampuan untuk menunaikan segenap aktivitas seorang khalifah.

Kriteria kelima (kapasitas intelektual) tidak membawa persoalan baru. Yang dimaksud dengan kapsitas intelektual disini ialah kecerdasan praktis (al-dzaka’ al-‘amaliy) atau kebijaksanaan praktis (al-hikmat al-‘amaliyat) mengenai segenap masalah yang berkaitan dengan usaha untuk mengatur negara dalam mencapai maslahat. Masalah-masalah tersebut beragam sesuai dengan tuntutan realitas (mathlub al-waqi’).

Kriteria keenam (heroisme) berarti ketegasan mengambil sikap dalam segala usaha untuk menjaga kedaulatan negara. Jika kriteria ini tidak terpenuhi maka musuh akan memandang rendah negara dan mudah merongrong kedaulatan negara. Seorang khalifah haruslah seorang mujahid, yang tidak segan-segan mengangkat pedang menghadapi orang-orang yang berbuat zhalim dan orang-orang yang menghalangi dakwah agama Allah.

Kriteria ketujuh (nasab) sudah penulis singgung didepan. Jiwa dari kriteria ini adalah kekuatan legitimasi dalam rangka menjaga kesatuan umat dan stabilitas negara.

Apabila kita rangkum, jiwa dari kriteria Mawardi adalah sebagai berikut:

  1. Integritas pribadi.
  2. Kecerdasan teoritis-transendental.
  3. Sanggup menerima dan menyampaikan informasi / pengetahuan secara sempurna.
  4. Jaminan kemampuan untuk melakukan segenap aktivitas seorang khalifah.
  5. Kapasitas intelektual.
  6. Heroisme (ruhul jihad).
  7. Kekuatan legitimasi.

Begitulah Mawardi telah mengemukakan kriteria yang harus dimiliki oleh seorang khalifah. Ibn Taimiyyah, sebagaimana kita lihat sejak awal, agaknya memiliki pandangan yang lebih sederhana namun lebih esensial dibandingkan Mawardi. Yang perlu ditambahkan disini ialah bahwa dalam masalah kriteria al-quwwat, Ibn Taimiyyah berpandangan bahwa wujudnya bisa berbeda-beda sesuai dengan tuntutan realitas. Dalam negara yang menghadapi krisis pertahanan/keamanan, al-quwwat yang paling dibutuhkan ialah keberanian, ketegasan, dan pengetahuan pertahanan/keamanan yang mumpuni. Dalam negara yang sedang menghadapi masalah-masalah ekonomi yang pelik, al-quwwat yang paling dibutuhkan ialah wawasan ekonomi yang cemerlang. Dalam negara yang menghadapi krisis moral, al-quwwat yang paling dibutuhkan ialah ketaqwaan dan kebijaksanaan. Demikian seterusnya.

Macam-macam Kepemimpinan: Khilafah dan Kerajaan (Mulk)

Menurut Ibn Taimiyyah, para nabi Allah dibedakan atas tiga kategori dalam kaitannya dengan kekuasaan (al-mulk). Pertama, nabi yang didustakan dan tidak diikuti oleh kebanyakan kaumnya, dimana dia merupakan seorang nabi yang tidak dianugerahi kekuasaan oleh Allah (nabi tanpa singgasana), seperti Nuh, Ibrahim, Musa, ‘Isa. Kedua, nabi yang sekaligus penguasa (nabiyy malik), seperti Dawud, Sulaiman, dan Yusuf. Indikasi keberkuasaannya ialah bahwa mereka memerintahkan hal-hal yang sifatnya mubah. Ketiga, nabi yang tidak dianugerahi kekuasaan namun ditaati dan diikuti oleh kebanyakan kaumnya, yakni Muhammad saw. Indikasi ketidakberkuasaannya ialah bahwa beliau tidak akan memerintahkan sesuatupun kecuali dengan perintah Allah (wahyu). Ketika Rasulullah saw. ditanya oleh Allah,”Pilihlah, apakah engkau ingin menjadi hamba dan rasul(‘abd rasul), ataukah engkau ingin menjadi nabi sekaligus raja (nabiyy malik)”. Maka beliau memilih menjadi hamba dan rasul, dengan meninggalkan kerajaan. Jadi, Nabi Muhammad bukanlah seorang raja, namun beliau adalah pemimpin umat. Kepemimpinan Rasulullah yang demikian ini disebut sebagai khilafat al-nubuwwat (kepemimpinan Nabi). Dengan posisi inilah beliau telah memimpin Negara Madinah.

Karena kita adalah umat Muhammad yang harus ber-uswah kepada beliau, maka kita dituntut untuk bisa mewujudkan kembali kepemimpinan model Rasulullah sepeninggal beliau. Kepemimpinan ini sering disebut sebagai khilafat al-nubuwwat atau khilafat ‘ala minhaj al-nubuwwat, atau biasa disingkat dengan sebutankhilafah saja.

Durasi khilafah segera sepeninggal Nabi dinyatakan dalam banyak hadits.

“Khilafah Nabi berlangsung selama tiga puluh tahun, kemudian (setelah itu) Allah memberikan kerajaan (al-mulk) kepada siapa yang dikehendakinya” (HR. Abu Dawud, dari Abdul Warits dan Al-‘Awwam).

“Khilafah berlangsung selama tiga puluh tahun, kemudian akan berubah menjadi kerajaan (al-mulk)" ” (hadits masyhur riwayat ahlu Sunan dan dijadikan pegangan oleh Imam Ahmad).

Nabi saw. wafat pada Rabi’ul Awwal tahun 11 H. Genap tiga puluh tahun sesudahnya bertepatan dengan peristiwa Tahun Persatuan (‘Aam al-Jama’at) yaitu pada Jumadil Awwal tahun 41 H dimana Hasan ibn Ali menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah. Jadi pemerintahan Muawiyah merupakan awal dari masa kerajaan (al-mulk).

Nabi juga telah memberikan prediksi mengenai periodisasi kekuasaan sepeninggal beliau sampai datangnya hari kiamat.

“Akan datang khilafah Nabi bersama dengan rahmat, kemudian disusul dengan kerajaan (mulk) bersama dengan rahmat, kemudian disusul dengan kerajaan bersama dengan otoritarianisme (jabbariyyat), kemudian disusul dengan kerajaan yang ‘menggigit’ (lalim)” (HR. Muslim).

Riwayat lain yang sangat masyhur mengurutkan periodisasi kepemimpinan tersebut dimulai dengan kepemimpinan Nabi (zaman Nabi), kemudian khilafat ‘ala minhaj al-nubuwwat, kemudian kerajaan yang “menggigit” (mulk ‘adhudh), kemudian kerajaan yang otoriter (mulk jabbariy), dan akhirnya muncullah lagikhilafat ‘ala minhaj al-nubuwwat. Yang menarik pada riwayat yang belakangan ini adalah prediksi Nabi bahwakhilafat ‘ala minhaj al-nubuwwat akan muncul lagi di akhir zaman. Atas dasar hadits prediktif inilah, kebangkitan Islam dan pergerakan Islam semakin menggelora untuk meraih cita-cita yang pasti tersebut. Adapun yang menarik dari riwayat pertama ialah bahwa sebelum tegaknya khilafat ‘ala minhaj al-nubuwwat, akan tegak tiga model kerajaan (bukan dua sebagaimana pada riwayat yang kedua).

Kalau kita amati matan hadits-hadits prediktif tersebut, kita dapati bahwa Nabi selalu menggunakan katamulk untuk menyatakan model kekuasaan selain khilafat ‘ala minhaj al-nubuwwat. Ini menunjukkan bahwa makna kata mulk dalam hadits-hadits tersebut jauh lebih luas daripada makna kerajaan yang kita pahami dewasa ini (kerajaan monarki atas dasar pewarisan kekuasaan), karena dalam kenyataan sejarah terdapat banyak negara besar yang tidak menerapkan model kerajaan monarkis. Oleh karena itu, makna yang tepat untuk kata mulk tersebut ialah segala jenis model kekuasaan selain khilafat ‘ala minhaj al-nubuwwat.

Terlepas dari kepastian terlaksananya prediksi Nabi diatas, kita akan membahas bagaimanakah hukum menunaikan kepemimpinan dalam bentuk mulk dan khilafah. Ibn Taimiyyah menyatakan bahwa dalam syariat sebelum Muhammad saw, menegakkan mulk itu boleh, sebagaimana yang dilakukan oleh Dawud, Sulaiman, Yusuf, dan Dzul Qarnain. Adapun dalam syariat Muhammad saw, maka pada asalnya, menegakkan mulk itu tidak boleh, sementara menegakkan khilafah itu wajib. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi, “ Wajib bagi kalian melaksanakan sunnahku dan sunnah al-khulafa’ al-rasyidun sesudahku. Berpegang teguhlah dengannya meskipun (untuk itu) kalian harus menggigitnya dengan gigi geraham. Dan jauhilah perkara-perkara yang baru karena setiap bid’ah itu sesat”. Kita baru boleh meninggalkan model khilafah (berarti menegakkan mulk) apabila ada kebutuhan untuk itu, sebatas kebutuhan itu pula. Demikianlah pendapat yang paling moderat menurut Ibn Taimiyyah mengenai penegakan mulk dan khilafah.

Lebih rinci lagi, Ibn Taimiyyah mengatakan bahwa penegakan mulk karena kebutuhan itu bisa terjadi dalam beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama, mulk tegak karena ketidakmampuan menegakkan khilafah. Dalam hal ini, hukumnya adalah ma’fuw (dimaafkan). Kemungkinan kedua, mulk tegak sebagai hasil ijtihad. Maksudnya, kemampuan untuk menegakkan khilafah itu ada, namun ijtihad yang dilakukan mengatakan bahwa khilafah itu mustahab saja (tidak wajib) dan mulk itu boleh sebagaimana bolehnya mulk pada syariat sebelum Muhammad. Dalam hal ini, tidak ada dosa apabila sang penguasa (malik) memerintah dengan adil. Perlu diketahui, bahwa pendapat yang demikian ini dikemukakan oleh Ibn Taimiyyah dalam latar diskusi panjang menyikapi kepemimpinan Muawiyah, yang termasuk salah seorang sahabat Nabi.


more go here http://menaraislam.com/content/view/75/40/

Friday, 29 October 2010

surah Al-Anfal ayat 2: Orang-orang mukmin itu hanyalah mereka yang apabila disebut nama Allah bergetar hatinya




surah Al-Anfal ayat 2:

"Orang-orang mukmin itu hanyalah mereka yang apabila disebut nama Allah bergetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah keimanan meraka..."


Ibrahim Jibreen - Surat Al-Anfal - 2/3 - سورة الأنفال



surah Al-Anfal ayat 2:

"Orang-orang mukmin itu hanyalah mereka yang apabila disebut nama Allah bergetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah keimanan meraka..."


Surah Ali Imran : 104 Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru kepada kebajikan, dan menyuruh berbuat baik






Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam), dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji). Dan mereka bersifat yang demikian ialah orang-orang yang berjaya. ( Surah Ali Imran : 104 )

Sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul kami (Muhammad s.a.w) yang menerangkan kepada kamu (akan syariat Islam) ketika terputusnya (kedatangan) Rasul-rasul (yang diutus), supaya kamu tidak (berdalih) dengan berkata (pada hari kiamat): Tidak datang kepada kami seorang pun pembawa berita gembira dan juga pembawa amaran (yang mengingatkan kami). Kerana sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang pembawa berita gembira dan juga pembawa amaran dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. ( Surah Al Maidah : 19 )

Tanda-tanda Orang Becinta

AL-MAHABBAH(cinta) adalah satu kata yang teramat ringan untuk diungkap, terlalu mudah untuk dikira, sehingga tak hairan andai ramai orang mengatakan telah memilikinya. Cinta, bagaikan lapar dan dahaga, semua jenis manusia dalam setiap peringkat usia pernah merasai getarannya, meskipun dari segi objek dan kadarnya berbeza-beza.

Cinta memang urusan hati, yang tidak dapat secara langsung dikesan oleh pancaindera. Tapi, setidaknya ia mempunyai alamat yang sangat jelas dan selalunya terjadi pada orang yang bercinta, di antaranya :

1. Banyak mengingat dan menyebut kekasihnya

Manusia yang sedang mencintai sesuatu pasti tidak akan melepaskan kecintaannya, dari ingatannya terhadap kekasih walau sejenak. Ketika makan, minum, sedang bermain atau bersendiri, dia akan terkenang-kenangkan kekasihnya lantas menyebut namanya. Sepertimana dalam surah Al-Ahzab ayat 41 :

"Wahai orang-orang yang beriman, sebutlah nama Allah dengan sebutan yang banyak"



Namun, cinta tak cukup dengan hanya melafazkan sahaja. Firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 142:

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk solat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan solat) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sahaja"



Perlu diingat, bahawa Allah menyebut MUNAFIK bagi orang yang sedikit mengingatiNya. Khuzaifah Al-Yamani, seorang sahabat yang pakar dalam bidang kemunafikan, dan secara langsung mendapat pengiktirafan dari Rasulullah dalam penegsanan masalah munafik menyatakan:

"Barang siapa merasa aman dari kemunafikan bererti dia munafik"



Diantara doa yang sering dilantunkan Khuzaifa setiap kali selesai solat adalah:

"Ya Allah! Aku berlindung kepadaMu dari khusuyuknya orang-orang munafik"



2. Rasa rindu untuk bertemu kekasih

Orang yang sedang bercinta, rindunya terhadap kekasih sering bertamu di hati. Pertemuan dengan kekasihnya adalah saat yang sangat didambakan. Walau apa jua rintangan, dia akan berusaha untuk melepasinya.

Seorang muslim yang cinta Allah tidak akan takut mati, kerana itulah satu-satunya waktu dia dapat menemuiNya. Inilah perkiraan yang membawa Khalid Al-Walid sang komandan agung pasukan Islam berkata kepada pasukan musuh: "Telah datang kepada kamu sekelompok manusia yang mencintai mati sebagaimana kamu mencintai hidup"

Kini manusia mengenali mati sebagai bencana besar, maka kata jihad bagai hantu yang sangat menakutkan. Inilah yang disebut Rasulullah sebagai umat yang telah diserang virus wahn, yang antaranya ialah hubbuddunya wa karohiyatul maut, satu penyakit yang jauh lebih berbahaya dari AIDS.

Kacamata manusia sekarang memandang aneh atas apa yang dilakukan oleh para mujahidin Afghan, tangan-tangan batu anak-anak Palestin yang begitu nekad menerjang maut. Mungkin ada yang pengsan andai mereka melihat senarai daftar nama peperangan sahabat selama lapan puluh tahun mereka hidup di Madinah.

Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya yang sedang dilakukan oleh mujahid itu. Mereka berperang bukan sekadar mencari kemenangan, tapi yang utama mencari lirikan redha Allah.Kerana itu mereka membunuh dan terbunuh. Mereka mencari sanjungan dan pujian, tapi hanya pujian Allah, bukan sanjungan makhluk rendah model manusia.

3. Merasakan asiknya berbicara berduaan dengan kekasih

Berkhalwat dengan kekasih merupakan idaman orang yang bercinta. Orang mukmin yang mencintai Allah sebenar-benar cinta akan merasa asyiknya bermunajat dalam doa, dalam solat dan dalam butiran pengharapannya. Orang-orang ini segera memenuhi panggilan Allah, tidak akan membuang masa atau menunda-nunda untuk segera berdialog dengan kekasihnya.

Solat adalah salah satu media dialog dengan sang Khaliq. Orang yang masih malas untuk menemuiNya seharusnya malu dengan sindiran Allah dalam surah An-Nisa ayat 142:

"...Dan apabila mereka berdiri untuk solat mereka berdiri dengan malas"!

Khanzalah, seorang sahabat muda yang baru menikmati saat malam pertama pernikahannya, tiba-tiba terdengar panggilan yang boleh memitamkan manusia zaman ini; panggilan jihad, panggilan Illahi. Dengan tergesa-gesa dia menyuruh isterinya menyiapkan pedang dan pakaiannya. Sepantas kilat, dia masuk ke medan perang.

Pabila pagi, sahabat dikejutkan oleh sesusuk mayat yang basah kuyup oleh siraman air, padahal tiada hujan mahupun mata air. Mereka menanyakan isterinya perihal itu. Dengan malu-malu sang isteri menjawab, "Dia sedang junub ya Rasulullah dan ketika pergi dia belum sempat mandi"

Rasulullah mengatakan: "Aku melihat sesusuk mayat terangkat ke langit dan dimandikan malaikat. Dialah Khanzalah si syahid yang dimandikan malaikat"

4. Rasa cemburu dan marah apabila kekasih diganggu atau direndahkan

Sang kekasih tak akan sanggup melihat buah hatinya diinjak-injak oleh orang lain. Bagaimanakah cinta seorang muslim apabila melihat ayat Allah diperlekehkan, dihina, dikatakan ayat syaitan, dia tenang sahaja tanpa tersinggung?

5. Bergetar pabila disebut nama kekasih

Sepertimana yang disebut dalam surah Al-Anfal ayat 2:

"Orang-orang mukmin itu hanyalah mereka yang apabila disebut nama Allah bergetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah keimanan meraka..."



Apa perasaan kekasih kita, andai kita mengingkari kata-katanya, tidak memahami surat cintanya, atau mungkin sekadar menerima tapi tidak membacanya, malah yang lebih parah mengoyak dan membuang surat darinya? Tentulah kekasih akan marah, mungkin minta putus. Surat cinta dari Allah adalah Al-Quran, yang terlalu mahal harganya, penuh dengan pesanan, sarat dengan ilmu. Jangan sampai Allah memutuskan hubungannya dengan kita. Nauzubillah...


Ini hanyalah beberapa petanda, namun dimana cinta kita? Siapa yang lebih dominan di hati kita? Siapa yang sering kita sebutkan? Siapa pula yang paling kita harapkan, kita ingat dan rasa kehadirannya? Masuk kelompok manakah kita? Tepuk dada, tanya iman.

Para sahabat Rasulullah, generasi pertama yakni generasi terbaik umat ini, merupakan contoh kehidupan manusia iaitu manusia yang cinta pada benda berjasad. Cinta para sahabat jauh dari cinta kepada isteri, anak, keluarga, harta dan kenderaan bahkan kepada diri mereka sendiri. Allah bagi mereka merupakan tempat berlabuhnya cinta yang pertama dan utama.

Tapi dengan berlalunya waktu, kekuatan kebendaan mulai menampakkan cengkamannya. Dengan penampilan yang semakin hari semakin mendapat tempat di hati manusia, termasuk golongan muslim, jaring-jaring materialisme begitu kuat menyemat hati. Ketergantungan seseorang kepada kekuatan ghaib, yang pada mulanya merupakan asas kekuatan hidup, kini dianggap tahayyul dan khurafat.

Kenyataannya, cinta yang diikrarkan oleh sekian ratusan juta musli terhadap Robb-nya semakin hambar dan hilang kelazatannya. Kata-kata cinta kepada Allah, Rasul dan Islam kini hanya tinggal slogan-slogan kosong yang tidak mempunyai roh lagi!



http://groups.yahoo.com/group/SurauKampung/message/3189

Listen to Quran : Tanda tanda Allah dalam Alam semesta




Quran :

1 - Tanda-tanda Allah dalam alam semesta





Wahai sekalian manusia! Beribadatlah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang terdahulu daripada kamu, supaya kamu (menjadi orang-orang yang) bertakwa (21) Dialah yang menjadikan bumi ini untuk kamu sebagai hamparan dan langit (serta segala isinya) sebagai bangunan (yang dibina dengan kukuhnya) dan diturunkanNya air hujan dari langit, lalu dikeluarkanNya dengan air itu berjenis-jenis buah-buahan yang menjadi rezeki bagi kamu; maka janganlah kamu mengadakan bagi Allah, sebarang sekutu, padahal kamu semua mengetahui (bahawa Allah ialah Tuhan Yang Maha Esa) (22) [Al- Baqarah]

Dialah (Allah) yang menjadikan untuk kamu segala yang ada di bumi, kemudian Dia menuju dengan kehendakNya ke arah (bahan-bahan) langit, lalu dijadikannya tujuh langit dengan sempurna dan Dia Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu (29) [Al- Baqarah]

Dan Dia telah mengajarkan Nabi Adam, akan segala nama benda-benda dan gunanya, kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu Dia berfirman: Terangkanlah kepadaKu nama benda-benda ini semuanya jika kamu golongan yang benar (31)Malaikat itu menjawab: Maha suci Engkau (Ya Allah)! Kami tidak mempunyai pengetahuan selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau jualah Yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana (32) Allah berfirman: Wahai Adam! Terangkanlah nama benda-benda ini semua kepada mereka. Maka setelah Nabi Adam menerangkan nama benda-benda itu kepada mereka, Allah berfirman: Bukankah Aku telah katakan kepada kamu, bahawasanya Aku mengetahui segala rahsia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan? (33) [Al- Baqarah]

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia (117) [Al- Baqarah]

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (164) [Al- Baqarah]

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung (189) [Al- Baqarah]

Tanyakanlah kepada Bani Israel: "Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka". Dan barang siapa yang menukar ni`mat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya (211) [Al- Baqarah]

Sesungguhnya Allah tidak tersembunyi kepadaNya sesuatu pun yang ada di bumi dan juga yang ada di langit (5) Dialah yang membentuk rupa kamu dalam rahim (ibu kamu) sebagaimana yang dikehendakiNya. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana (6) [Aali Imran]

Katakanlah (wahai Muhammad): Wahai Tuhan yang mempunyai kuasa pemerintahan! Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada sesiapa yang Engkau kehendaki, dan Engkaulah yang mencabut kuasa pemerintahan dari sesiapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang memuliakan sesiapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina sesiapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah sahaja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu (26) Engkaulah (wahai Tuhan) yang memasukkan waktu malam ke dalam waktu siang dan Engkaulah yang memasukkan waktu siang ke dalam waktu malam. Engkaulah juga yang mengeluarkan sesuatu yang hidup dari benda yang mati dan Engkaulah yang mengeluarkan benda yang mati dari sesuatu yang hidup. Engkau jualah yang memberi rezeki kepada sesiapa yang Engkau kehendaki, dengan tiada hitungan hisabnya (27) [Aali Imran]

Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi dan pada pertukaran malam dan siang, ada tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan dan keluasan rahmat Allah) bagi orang-orang yang berakal (190) (Iaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab Neraka (191) [Aali Imran]

Wahai sekalian manusia! Bertakwalah kepada Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu (bermula) dari diri yang satu (Adam) dan yang menjadikan daripada (Adam) itu pasangannya (isterinya Hawa) dan juga yang membiakkan dari keduanya zuriat keturunan lelaki dan perempuan yang ramai dan bertakwalah kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-yebut namaNya, serta peliharalah hubungan (silaturrahim) kaum kerabat; kerana sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu (1) [An-Nisaa']

Dan bagi Allah jualah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi dan demi sesungguhnya, Kami telah perintahkan orang-orang yang diberi Kitab dahulu daripada kamu dan juga (perintahkan) kamu, iaitu hendaklah bertakwa kepada Allah dan jika kamu kufur ingkar, maka (ketahuilah) sesungguhnya Allah jualah yang memiliki segala yang ada di langit dan yang ada di bumi dan (ingatlah) adalah Allah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji (131) [An-Nisaa']

Segala puji tertentu bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi dan menjadikan gelap dan terang; dalam pada itu, orang-orang kafir menyamakan (sesuatu yang lain) dengan tuhan mereka (1) Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia tentukan ajal (kematian kamu) dan satu ajal lagi yang tertentu di sisiNya (iaitu masa yang telah ditetapkan untuk dibangkitkan kamu semula pada hari kiamat); dalam pada itu, kamu masih ragu-ragu (tentang hari pembalasan) (2) Dan Dialah Allah (yang disembah dan diakui kekuasaanNya) di langit dan di bumi; Dia Mengetahui apa yang kamu rahsiakan dan apa yang kamu lahirkan dan Dia juga Mengetahui apa yang kamu usahakan (3) [An-Nisaa']

Tidakkah mereka memerhati dan memikirkan berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (umat-umat itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi (dengan kekuasaan dan kemewahan) yang tidak Kami berikan kepada kamu dan Kami turunkan hujan atas mereka dengan lebatnya dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka dengan sebab dosa mereka dan Kami ciptakan sesudah mereka, umat yang lain? (6) [Al-An'aam]

Dan tidak seekor pun binatang yang melata di bumi dan tidak seekor pun burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan mereka umat-umat seperti kamu. Tiada Kami tinggalkan sesuatu pun di dalam kitab Al-Quran ini; kemudian mereka semuanya akan dihimpunkan kepada Tuhan mereka (untuk dihisab dan menerima balasan) (38) [Al-An'aam]

Dan pada sisi Allah jualah anak kunci perbendaharaan segala yang ghaib, tiada sesiapa yang mengetahuinya melainkan Dialah sahaja dan Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut dan tidak gugur sehelai daun pun melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak gugur sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak gugur yang basah dan yang kering, melainkan (semuanya) ada tertulis di dalam kitab (Luh Mahfuz) yang terang nyata (59) Dan Dialah yang menidurkan kamu pada waktu malam dan mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari; kemudian Dia bangunkan kamu (dari tidur) padanya, untuk disempurnakan ajal (masa umur kamu) yang telah ditetapkan. Kemudian kepadaNyalah tempat kamu kembali, kemudian Dia menyatakan kepada kamu apa yang kamu lakukan (60) Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hambaNya dan Dia mengutuskan kepada kamu pengawal-pengawal (malaikat yang menjaga dan menulis segala yang kamu lakukan), sehingga apabila sampai ajal maut kepada salah seorang di antara kamu, lalu diambil (nyawanya) oleh utusan-utusan Kami (malaikat); sedang mereka pula (malaikat itu) tidak cuai (dalam menjalankan tugasnya) (61) Kemudian mereka (yang diambil nyawanya itu) dikembalikan kepada Allah Pengawas mereka yang sebenar (yang akan membalas dengan adil). Ketahuilah, bagi Allah jualah kuasa menetapkan hukum (pada hari kiamat itu) dan Dialah secepat-cepat Pengira (Penghitung) (62) Katakanlah: Siapakah yang menyelamatkan kamu dari bencana-bencana di darat dan di laut? (Ketika) kamu berdoa merayu kepadaNya dengan merendah diri (secara terbuka) dan secara bersembunyi, (dengan berkata): Demi sesungguhnya jika Allah selamatkan kami dari bencana ini nescaya menjadilah kami dari orang-orang yang bersyukur (63) Katakanlah: Allah jualah yang menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala jenis kesusahan; dalam pada itu, kamu (masih) mempersekutukan (Allah dengan sesuatu yang lain) (64) Katakanlah: Dialah yang berkuasa menghantar kepada kamu azab seksa (bala bencana), dari sebelah atas kamu atau dari bawah kaki kamu atau Dia menjadikan kamu bertentangan dan berpecah-belah berpuak-puak dan Dia merasakan sebahagian daripada kamu akan perbuatan ganas dan kejam sebahagian yang lain. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat keterangan (yang menunjukkan kebesaran Kami) dengan berbagai cara, supaya mereka memahaminya (65) [Al-An'aam]

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar dan (Dialah juga) pada masa (hendak menjadikan sesuatu) berfirman: Jadilah, lalu terjadilah ia. FirmanNya itu adalah benar dan bagiNyalah kuasa pemerintahan pada hari ditiupkan sangkakala. Dia yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata dan Dialah Yang Maha Bijaksana, lagi Maha mendalam pengetahuanNya (73) [Al-An'aam]

Sesungguhnya Allah jualah yang membelah (menumbuhkan) butir (tumbuh-tumbuhan) dan biji (buah-buahan). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Yang sedemikian itu kekuasaannya ialah Allah. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan dari menyembahNya (oleh benda-benda yang kamu jadikan sekutuNya)? (95) Allah jualah Yang membelah cahaya subuh (yang menyingsingkan fajar) dan yang menjadikan malam untuk tinggal berehat dan menjadikan matahari dan bulan untuk mengira waktu (menurut peredarannya). Yang demikian itu adalah kuasa penentuan Allah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Mengetahui (96) Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kamu supaya kamu berpedoman kepadanya dalam kegelapan (malam) di darat dan di laut. Sesungguhnya kami telah jelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) satu persatu bagi orang-orang yang mengetahui (97) Dan Dialah yang mencipta kamu dari diri yang satu (Adam), maka (bagi kamu) disediakan tempat tetap (dalam tulang sulbi bapa kamu atau di bumi) dan tempat simpanan (dalam rahim ibu atau dalam kubur). Sesungguhnya Kami telah jelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) satu persatu bagi orang-orang yang mengerti (secara mendalam) (98) Dan Dialah yang menurunkan hujan dari langit lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu segala jenis tumbuh-tumbuhan, kemudian Kami keluarkan daripadanya tanaman yang menghijau, Kami keluarkan pula dari tanaman itu butir-butir (buah) yang bergugus-gugus dan dari pohon-pohon tamar (kurma), dari mayang-mayangnya (Kami keluarkan) tandan-tandan buah yang mudah dicapai dan dipetik dan (Kami jadikan) kebun-kebun dari anggur dan zaiton serta buah delima, yang bersamaan (bentuk, rupa dan rasanya) dan yang tidak bersamaan. Perhatikanlah kamu kepada buahnya apabila ia berbuah dan ketika masaknya. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi tanda-tanda (yang menunjukkan kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang beriman (99) [Al-An'aam]

Yang demikian (sifat-sifatNya dan kekuasaanNya) ialah Allah Tuhan kamu, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menciptakan tiap-tiap sesuatu, maka beribadatlah kamu kepadaNya dan (ingatlah) Dialah yang mentadbirkan segala-galanya (102) Dia tidak dapat dilihat dan diliputi oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat (dan mengetahui hakikat) segala penglihatan (mata) dan Dialah Yang Maha Halus (melayan hamba-hambaNya dengan belas kasihan), lagi Maha Mendalam pengetahuanNya (103) [Al-An'aam]

Dan Dialah (Allah) yang menjadikan (untuk kamu) kebun-kebun yang menjalar tanamannya dan yang tidak menjalar dan pohon-pohon tamar (kurma) dan tanaman-tanaman yang berlainan (bentuk, rupa dan) rasanya dan buah zaiton dan delima, yang bersamaan (warnanya atau daunnya) dan tidak bersamaan (rasanya). Makanlah dari buahnya ketika ia berbuah dan keluarkanlah haknya (zakatnya) pada hari memetik atau menuainya dan janganlah kamu melampau (pada apa-apa jua yang kamu makan atau belanjakan); sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampau (141) Dan di antara binatang-binatang ternak itu, ada yang dijadikan untuk pengangkutan, dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari apa yang telah dikurniakan oleh Allah kepada kamu dan janganlah kamu menurut jejak langkah Syaitan; kerana sesungguhnya Syaitan itu musuh bagi kamu yang terang nyata (142) [Al-An'aam]

Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah di bumi dan meninggikan setengah kamu atas setengahnya yang lain beberapa darjat, kerana Dia hendak menguji kamu pada apa yang telah dikurniakanNya kepada kamu. Sesungguhnya Tuhanmu amatlah cepat azab seksaNya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani (165) [Al-An'aam]

Dan berapa banyak negeri yang Kami binasakan, iaitu datang azab seksa Kami menimpa penduduknya pada malam hari atau ketika mereka berehat pada tengah hari (4) Maka tidak ada yang mereka katakan ketika datangnya azab Kami kepada mereka, melainkan mereka (mengakui dengan) berkata: Sebenarnya kami adalah orang-orang yang zalim (5) [Al-A'raaf]

Dan sesungguhnya Kami telah menetapkan kamu (dan memberi kuasa) di bumi dan Kami jadikan untuk kamu padanya (berbagai jalan) penghidupan (supaya kamu bersyukur, tetapi) amatlah sedikit kamu bersyukur (10) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu, lalu Kami membentuk rupa kamu, kemudian Kami berfirman kepada malaikat-malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, lalu mereka sujud melainkan Iblis, dia tidaklah termasuk dalam golongan yang sujud (11) [Al-A'raaf]

Dan Dialah (Allah) yang menghantarkan angin sebagai pembawa berita yang menggembirakan sebelum kedatangan rahmatnya (iaitu hujan), hingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halakan ia ke negeri yang mati (ke daerah yang kering kontang), lalu Kami turunkan hujan dengan awan itu, kemudian Kami keluarkan dengan air hujan itu berbagai-bagai jenis buah-buahan. Demikianlah pula Kami mengeluarkan (menghidupkan semula) orang-orang yang telah mati, supaya kamu beringat (mengambil pelajaran daripadanya) (57) Dan negeri yang baik (tanahnya), tanaman-tanamannya tumbuh (subur) dengan izin Allah dan negeri yang tidak baik (tanahnya) tidak tumbuh tanamannya melainkan dengan keadaan bantut. Demikianlah Kami menerangkan tanda-tanda (kemurahan dan kekuasaan) Kami dengan berbagai cara bagi orang-orang yang (mahu) bersyukur (58) [Al-A'raaf]

Patutkah mereka (membutakan mata) tidak mahu memperhatikan alam langit dan bumi dan segala yang diciptakan oleh Allah dan (memikirkan) bahawa harus telah dekat ajal kebinasaan mereka? Maka kepada perkataan yang mana lagi sesudah (datangnya Kalamullah Al-Quran) itu mereka mahu beriman? (185) [Al-A'raaf]

Sesungguhnya bandingan kehidupan dunia hanyalah seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu (tumbuhlah dengan suburnya) tanaman-tanaman di bumi dari jenis-jenis yang dimakan oleh manusia dan binatang bercampur-aduk dan berpaut-pautan (pokok-pokok dan pohonnya) dengan sebab air itu hingga apabila bumi itu lengkap sempurna dengan keindahannya dan berhias (dengan bunga-bungaan yang berwarna-warni) dan penduduknya pun menyangka bahawa mereka dapat berbagai-bagai tanaman serta menguasainya (mengambil hasilnya) datanglah perintah Kami menimpakannya dengan bencana pada waktu malam atau pada siang hari lalu Kami jadikan ia hancur-lebur, seolah-olah ia tidak ada sebelum itu. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat keterangan Kami satu persatu bagi kaum yang mahu berfikir (dan mengambil iktibar daripadanya) (24) (Itulah dia kesudahan kehidupan dunia) dan sebaliknya Allah menyeru manusia ke tempat kediaman yang selamat sentosa dan Dia sentiasa memberi petunjuk hidayatNya kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya) ke jalan yang betul lurus (yang selamat itu) (25) [Yunus]

Bertanyalah kepada mereka (yang musyrik itu): Siapakah Yang memberi rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Atau siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan? Dan siapakah yang mengeluarkan makhluk yang hidup dari benda yang mati dan mengeluarkan benda yang mati dari makhluk yang hidup? Dan siapakah pula yang mentadbirkan urusan sekalian alam? (Dengan pertanyaan-pertanyaan itu) maka mereka (yang musyrik) tetap akan menjawab (mengakui) dengan berkata: Allah jualah yang menguasai segala-galanya! Oleh itu, katakanlah: (Jika kamu mengakui yang demikian), maka mengapa kamu tidak mahu bertakwa? (31) Maka yang demikian (sifatNya dan kekuasaanNya) ialah Allah, Tuhan kamu yang sebenar-benarnya; sesudah nyatanya sesuatu yang betul dan benar, maka tidakkah yang lain daripada itu salah dan karut sahaja? Oleh itu, bagaimana kamu dapat dipesongkan dari kebenaran? (32) [Yunus]

Dan tidaklah engkau (wahai Muhammad) dalam menjalankan sesuatu urusan dan tidaklah engkau membaca dalam sesuatu surah atau sesuatu ayat dari Al-Quran dan tidaklah kamu (wahai umat manusia) dalam mengerjakan sesuatu amal usaha, melainkan adalah Kami menjadi saksi terhadap kamu, ketika kamu mengerjakannya dan tidak akan hilang lenyap dari pengetahuan Tuhanmu sesuatu dari sehalus-halus atau seringan-ringan yang ada di bumi atau di langit dan tidak ada yang lebih kecil dari itu dan tidak ada yang lebih besar, melainkan semuanya tertulis di dalam Kitab yang terang nyata (61) [Yunus]

Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu berehat padanya dan menjadikan siang terang-benderang (supaya kamu berusaha). Sesungguhnya perubahan malam dan siang itu mengandungi tanda-tanda (yang menunjukkan kekuasaan Allah) bagi kaum yang mahu mendengar (keterangan-keterangan yang tersebut dan mengambil pelajaran daripadanya) (67) [Yunus]

Allah jualah yang menjadikan langit terangkat tinggi dengan tiada bertiang sebagaimana yang kamu melihatnya, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy dan Dia memudahkan matahari dan bulan (untuk faedah makhluk-makhlukNya); tiap-tiap satu dari keduanya beredar untuk suatu masa yang telah ditetapkan. Allah jualah yang mentadbirkan segala urusan; Dia menerangkan tanda-tanda kekuasaanNya satu-persatu, supaya kamu yakin kepada pertemuan Tuhan kamu (untuk menerima balasan) (2) Dan Dialah yang menjadikan bumi terbentang luas dan menjadikan padanya gunung-ganang (terdiri kukuh) serta sungai-sungai (yang mengalir) dan dari tiap-tiap jenis buah-buahan, Dia jadikan padanya pasangan: Dua-dua. Dia juga melindungi siang dengan malam silih berganti. Sesungguhnya semuanya itu mengandungi tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang (mahu) berfikir (3) Dan di bumi ada beberapa potong tanah yang berdekatan (tetapi berlainan keadaannya); dan padanya ada kebun-kebun anggur dan jenis-jenis tanaman serta pohon-pohon tamar (kurma) yang berumpun dan yang tidak berumpun; semuanya disiram dengan air yang sama dan Kami lebihkan buah setengahnya dari setengahnya yang lain (pada bentuk, rasa dan baunya). Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang (mahu) berfikir serta memahaminya (4) [Ar-Ra'd]

Allah mengetahui akan apa yang dikandung oleh tiap-tiap ibu dan mengetahui apa yang kurang dari yang dikandung dalam rahim itu atau yang lebih dan tiap-tiap sesuatu adalah ditetapkan di sisiNya dengan kadar yang tertentu (8) [Ar-Ra'd]

Dialah yang memperlihatkan kilat kepada kamu, untuk menakutkan (dari panahan petir) dan memberi harapan (dengan turunnya hujan) dan Dia yang menjadikan awan tebal yang berat (dengan air) (12) Dan Dialah juga yang guruh dan malaikat bertasbih memujiNya, kerana takut kepadaNya. Dan Dialah juga yang menghantarkan petir, lalu Dia mengenakan dengan panahannya kepada sesiapa yang dikehendakinya Dan mereka yang ingkar itu membantah (serta mendustakan Rasul) mengenai perkara yang berhubung dengan Allah (dan kuat kuasaNya), padahal Dia amat keras azab seksaNya (13) [Ar-Ra'd]

Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu membanjiri tanah-tanah lembah (dengan airnya) menurut kadarnya yang ditetapkan Tuhan untuk faedah makhlukNya, kemudian banjir itu membawa buih yang terapung-apung dan dari benda-benda yang dibakar di dalam api untuk dijadikan barang perhiasan atau perkakas yang diperlukan, juga timbul buih seperti itu. Demikianlah Allah memberi misal perbandingan tentang perkara yang benar dan yang salah. Adapun buih itu maka akan hilang lenyaplah ia hanyut terbuang, manakala benda-benda yang berfaedah kepada manusia maka ia tetap tinggal di bumi. Demikianlah Allah menerangkan misal-misal perbandingan (17) [Ar-Ra'd]

Mengapa mereka yang kafir itu masih berdegil dan tidak mahu memerhatikan bahawa kekuasaan kami sentiasa menakluk bumi (yang mereka diami) dengan menjadikan ia kurang sedikit demi sedikit dari kebaikannya dan kemuliaannya? Dan (ingatlah) Allah menghukum menurut apa yang dikehendakiNya; tiada sesiapapun yang dapat menghalang hukumNya dan Dialah juga yang Amat Cepat hitungan hisabNya (41) [Ar-Ra'd]

Allah jualah yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkan hujan dari langit lalu mengeluarkan dengan air hujan itu buah-buahan untuk menjadi makanan bagi kamu dan Dia yang memberi kemudahan kepada kamu menggunakan kapal-kapal untuk belayar di laut dengan perintahNya, juga yang memudahkan sungai-sungai untuk kamu (mengambil manfaat darinya)(32) Dan Dia juga yang menjadikan matahari dan bulan sentiasa beredar, untuk kepentingan kemudahan kamu dan yang menjadikan malam dan siang bagi faedah hidup kamu (33) Dan Dia telah memberi kepada kamu sebahagian dari tiap-tiap apa jua yang kamu hajati dan jika kamu menghitung nikmat Allah nescaya lemahlah kamu menentukan bilangannya. Sesungguhnya manusia (yang ingkar) sangat suka menempatkan sesuatu pada bukan tempatnya lagi sangat tidak menghargai nikmat Tuhannya (34) [Ibrahim]

Dan kalau Kami bukakan kepada mereka mana-mana pintu langit, kemudian mereka dapat naik melalui pintu itu (pada siang hari yang membolehkan mereka menyaksikan segala kenyataan yang ada di sana); (14) Tentulah mereka akan (mengingkari kenyataan yang benar itu dengan) berkata: Hanya mata kami telah disilapkan penglihatannya bahkan kami adalah kaum yang telah disihirkan (oleh Muhammad) (15) Dan demi sesungguhnya! Kami telah menjadikan di langit: Bintang-bintang (yang berbagai bentuk dan keadaan) serta Kami hiasi langit itu bagi orang-orang yang melihatnya (16) Dan Kami pelihara (urusan) langit itu dari (masuk campur) tiap-tiap Syaitan yang kena rejam (17) Kecuali Syaitan yang curi mendengar percakapan (malaikat di langit), maka ia diburu dan diikuti (dengan rejaman) api yang menyala, yang nyata kelihatan (18) Dan bumi ini Kami bentangkan dan Kami letakkan padanya gunung-ganang yang kukuh terdiri, serta Kami tumbuhkan padanya tiap-tiap sesuatu yang tertentu timbangannya (19) Dan Kami jadikan untuk kamu pada bumi ini segala keperluan hidup, juga Kami jadikan makhluk-makhluk yang kamu bukanlah orang yang sebenar menyediakan rezekinya (20) Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami sahaja perbendaharaannya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan menurut kadar dan masa yang tertentu (21) Dan Kami hantarkan angin sebagai pembawa air dan pemindah benih; maka dengan itu Kami menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian Kami berikan kamu meminumnya; dan bukanlah kamu yang (berkuasa menurunkannya atau) menyimpannya (22) Dan sesungguhnya Kamilah yang menghidupkan dan yang mematikan dan Kamilah yang kekal memiliki segala-galanya (23) Dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang segera (berbakti) di antara kamu dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang lambat (24) Dan sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang menghimpunkan mereka semuanya; sesungguhnya Dia Maha Bijaksana, lagi Maha Mengetahui (25) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat yang kering, yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya (26) Dan jin pula, Kami jadikan dia sebelum itu, dari angin api yang panasnya menyerap ke liang bulu roma (27) Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah liat yang kering, yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya (28) [Al-Hijr]

Dia menurunkan malaikat membawa wahyu dengan perintahNya kepada sesiapa yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya (yang layak menjadi Rasul); (lalu Dia berfirman kepada Rasul-rasul): Hendaklah kamu menegaskan kepada umat manusia bahawa tiada Tuhan melainkan Aku. Oleh itu, bertakwalah kamu kepadaKu (2) Dia menciptakan langit dan bumi dengan cara yang sungguh layak dan berhikmat; Maha Tinggilah Dia dari perbuatan syirik yang mereka lakukan (3) Dia menciptakan manusia dari air benih, (setelah sempurna kejadiannya), tiba-tiba menjadilah dia seorang pembantah yang terang jelas bantahannya (4) Dan binatang-binatang ternak itu, Dia juga menciptakannya untuk kamu; terdapat padanya benda-benda yang memanaskan tubuh dari sejuk dan beberapa faedah yang lain dan daripadanya juga kamu makan (5) Dan bagi kamu pada binatang-binatang ternak itu, keindahan (yang menarik hati) ketika kamu membawanya balik untuk berehat (pada waktu petang) dan ketika kamu membawanya keluar (pada waktu pagi) (6) Dan binatang-binatang itu pula membawa barang-barang kamu ke mana-mana negeri yang kamu tidak dapat sampai kepadanya melainkan dengan menanggung susah payah. Sesungguhnya Tuhan kamu Amat melimpah belas kasihan dan rahmatNya (7) Dan (Allah menjadikan) kuda dan baghal serta keldai untuk kamu menunggangnya, dan untuk menjadi perhiasan dan Dia menjadikan apa yang kamu tidak mengetahuinya (8) [Al-Nahl]

Dialah yang menurunkan hujan dari langit; sebahagian daripadanya untuk minuman kamu dan sebahagian lagi menyebabkan tumbuhnya pokok-pokok (tumbuh-tumbuhan) untuk kamu melepaskan binatang-binatang ternak: Makan padanya (10) Dia juga menumbuhkan bagi kamu dengan sebab hujan itu tanaman-tanaman dan pokok-pokok zaitun dan tamar (kurma) serta anggur dan juga dari segala jenis buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian mengandungi satu tanda (yang membuktikan kekuasaan Allah) bagi kaum yang mahu berfikir (11) Dan Dia memudahkan bagi kamu malam dan siang dan matahari serta bulan dan bintang-bintang dimudahkan dengan perintahNya untuk keperluan-keperluan kamu. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi tanda-tanda (yang membuktikan kebijaksanaan Allah) bagi kaum yang mahu memahaminya (12) Dan apa-apa jua yang dijadikan untuk kamu di bumi yang berlainan jenisnya (dimudahkan juga untuk kegunaan kamu). Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi satu tanda (yang membuktikan kemurahan Allah) bagi kaum yang mahu mengingati nikmat Allah itu (13) Dan Dialah yang memudahkan laut, supaya kamu dapat makan daripadanya daging yang lembut hidup-hidup dan dapat pula mengeluarkan daripadanya benda-benda perhiasan untuk kamu memakainya dan (selain itu) engkau melihat pula kapal-kapal belayar padanya dan lagi supaya kamu dapat mencari rezeki dari limpah kurniaNya dan supaya kamu bersyukur (14) Dan Dia mengadakan di bumi gunung-ganang yang menetapnya supaya ia tidak menghayun-hayunkan kamu dan Dia mengadakan sungai-sungai serta jalan-jalan lalu lalang, supaya kamu dapat sampai ke matlamat yang kamu tuju (15)Dan (Dia mengadakan) tanda-tanda panduan jalan dan dengan bintang-bintang (pada waktu malam) mereka dapat mengetahui arah yang hendak dituju (16) Kalau sudah demikian, adakah Allah yang menciptakan semuanya itu sama seperti makhluk-makhluk yang tidak menciptakan sesuatu? Maka patutkah kamu lalai sehingga kamu tidak mahu beringat serta memikirkannya? (17) Dan jika kamu menghitung nikmat Allah (yang dilimpahkannya kepada kamu), tiadalah kamu akan dapat menghitungnya satu persatu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani (18) Dan Allah mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu zahirkan (19) Dan makhluk-makhluk yang mereka sembah selain dari Allah itu tidak dapat menciptakan sesuatupun, bahkah merekalah yang diciptakan (20) [Al-Nahl]

Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak itu, kamu beroleh pelajaran yang mendatangkan iktibar. Kami beri minum kepada kamu daripada apa yang terbit dari dalam perutnya, yang lahir dari antara hampas makanan dengan darah; (iaitu) susu yang bersih, yang mudah diminum, lagi sedap rasanya bagi orang-orang yang meminumnya (66) Dan dari buah tamar (kurma) dan anggur kamu jadikan daripadanya minuman haram dan makanan serta minuman yang halal; sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat satu tanda (yang membuktikan kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mahu menggunakan akalnya (67) Dan Tuhanmu memberi ilham kepada lebah: Hendaklah engkau membuat sarangmu di gunung-ganang dan di pokok-pokok kayu dan juga di bangunan-bangunan yang didirikan oleh manusia (68) Kemudian makanlah dari segala jenis bunga-bungaan dan buah-buahan (yang engkau sukai), serta turutlah jalan-jalan peraturan Tuhanmu yang diilhamkan dan dimudahkannya kepadamu. (Dengan itu) akan keluarlah dari dalam badannya minuman (madu) yang berlainan warnanya, yang mengandungi penawar bagi manusia (dari berbagai-bagai penyakit). Sesungguhnya pada yang demikian itu, ada tanda (yang membuktikan kemurahan Allah) bagi orang-orang yang mahu berfikir (69) Dan Allah yang menciptakan kamu (dari tiada kepada ada); kemudian Dia menyempurnakan tempoh umur kamu; (maka ada di antara kamu yang disegerakan matinya) dan ada pula di antara kamu yang dikembalikannya kepada peringkat umur yang lemah (peringkat tua kebudak-budakan), sehingga menjadilah dia tidak ingat akan sesuatu yang telah diketahuinya; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Kuasa (70) Dan Allah telah melebihkan sebahagian dari kamu atas sebahagian yang lain pada rezeki yang dikurniakanNya; dalam pada itu, orang-orang yang diberi kelebihan itu tidak mahu memberikan sebahagian dari kelebihan hartanya kepada hamba-hamba mereka, supaya orang-orang itu dapat sama mempunyai harta. Maka mengapa mereka tergamak mengingkari nikmat Allah itu dengan perbuatan syirik? (71) Dan Allah menjadikan bagi kamu dari diri kamu sendiri pasangan-pasangan (isteri), dan dijadikan bagi kamu dari pasangan kamu: Anak-anak dan cucu-cicit, serta dikurniakan kepada kamu dari benda yang baik lagi halal; maka patutkah mereka (yang ingkar itu) percaya kepada perkara yang salah (penyembahan berhala), dan mereka kufur pula akan nikmat Allah? (72) [Al-Nahl]

Dan (ingatlah), Allah jualah yang mengetahui segala rahsia langit dan bumi; tiadalah hal kedatangan hari kiamat itu melainkan seperti sekelip mata atau ia lebih cepat lagi; sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu (77) Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu kamu dengan keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia mengurniakan kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta hati akal fikiran); supaya kamu bersyukur (78) Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang melayang-layang di angkasa? Tiada yang menahan mereka (dari jatuh) melainkan Allah; sesungguhnya pada yang demikian itu, ada tanda-tanda (yang membuktikan kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman (79)Dan Allah menjadikan bagi kamu rumah-rumah (yang kamu dirikan itu) tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu dari kulit binatang-binatang ternak: Khemah-khemah (tempat berteduh), yang kamu mendapatinya ringan (di bawa ke mana-mana) semasa kamu merantau dan semasa kamu berhenti dan (Dia juga menjadikan bagi kamu) dari berjenis-jenis bulu binatang-binatang ternak itu, berbagai barang perkakas rumah dan perhiasan, (untuk kamu menggunakannya) hingga ke suatu masa(80) Dan Allah menjadikan bagi kamu sebahagian dari yang diciptakanNya: Benda-benda untuk berteduh dan Dia menjadikan bagi kamu sebahagian dari gunung-ganang tempat-tempat berlindung dan Dia juga menjadikan bagi kamu pakaian-pakaian yang memelihara kamu dari panas dan sejuk, juga pakaian-pakaian yang memelihara kamu semasa berjuang. Demikianlah, Dia menyempurnakan nikmatNya kepada kamu, supaya kamu berserah diri kepadaNya dan mematuhi perintahNya (81) [Al-Nahl]

Tuhan kamulah yang menjalankan untuk kamu kapal-kapal di laut, supaya kamu dapat mencari rezeki dari limpah kurniaNya; sesungguhnya Dia adalah Maha Mengasihani kepada kamu (66) Dan apabila kamu terkena bahaya di laut, (pada saat itu) hilang lenyaplah (dari ingatan kamu) makhluk-makhluk yang kamu seru selain dari Allah; maka apabila Allah selamatkan kamu ke darat, kamu berpaling tadah (tidak mengingatiNya); dan memanglah manusia itu sentiasa kufur (akan nikmat-nikmat Allah) (67) [Al-Israa']

Dan manusia (yang kafir) berkata: Apa! Apabila aku mati, adakah aku akan dibangkitkan hidup semula? (66) Patutkah manusia itu berkata demikian dan tidak memikirkan bahawa Kami telah menciptakan ia dahulu sedang ia pada masa itu belum ada sebarang apapun? (67) [Maryam]

(Dialah Tuhan) yang telah menjadikan bumi bagi kamu sebagai hamparan dan Ia telah mengadakan bagi kamu padanya jalan-jalan lalu-lalang dan Dia juga telah menurunkan hujan dari langit. Maka Kami keluarkan dengannya berjenis-jenis tanaman dan buah-buahan yang berlainan keadaannya (53) Makanlah kamu daripadanya dan berilah makan binatang-binatang ternak kamu; sesungguhnya semuanya itu mengandungi tanda-tanda yang membuktikan kemurahan Allah, bagi orang-orang yang berakal fikiran (54) Dari bumilah Kami ciptakan kamu dan ke dalamnya Kami akan mengembalikan kamu, dan daripadanya pula Kami akan mengeluarkan kamu sekali lagi (55) [Taha]

Dan tidakkah orang-orang kafir itu memikirkan dan mempercayai bahawa sesungguhnya langit dan bumi itu pada asal mulanya bercantum (sebagai benda yang satu), lalu Kami pisahkan antara keduanya? Dan Kami jadikan dari air, tiap-tiap benda yang hidup? Maka mengapa mereka tidak mahu beriman? (30) Dan Kami telah menjadikan di bumi gunung-ganang yang menetapnya, supaya bumi itu tidak menggegar mereka dan Kami jadikan padanya celah-celah sebagai jalan-jalan lalu-lalang, supaya mereka dapat sampai kepada mencapai keperluan rohani dan jasmani (31) Dan Kami telah menjadikan langit sebagai bumbung yang terpelihara dan terkawal, sedang mereka (yang kafir itu) berpaling tidak memerhatikan tanda-tanda (kekuasaan Kami) yang ada padanya (32) Dan Dialah (Tuhan) yang telah menjadikan malam dan siang, serta matahari dan bulan; tiap-tiap satunya beredar terapung-apung di tempat edaran masing-masing (di angkasa lepas) (33) [Al-Anbiyaa']

Wahai umat manusia, sekiranya kamu menaruh syak (ragu-ragu) tentang kebangkitan makhluk (hidup semula pada hari kiamat), maka (perhatilah kepada tingkatan kejadian manusia) kerana sebenarnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setitik air benih, kemudian dari sebuku darah beku, kemudian dari seketul daging yang disempurnakan kejadiannya dan yang tidak disempurnakan; (Kami jadikan secara yang demikian) kerana Kami hendak menerangkan kepada kamu (kekuasaan Kami) dan Kami pula menetapkan dalam kandungan rahim (ibu yang mengandung itu) apa yang Kami rancangkan hingga ke suatu masa yang ditentukan lahirnya; kemudian Kami mengeluarkan kamu berupa kanak-kanak; kemudian (kamu dipelihara) hingga sampai ke peringkat umur dewasa dan (dalam pada itu) ada di antara kamu yang dimatikan (semasa kecil atau semasa dewasa) dan ada pula yang dilanjutkan umurnya ke peringkat tua nyanyuk sehingga dia tidak mengetahui lagi akan sesuatu yang telah diketahuinya dahulu dan (ingatlah satu bukti lagi); Engkau melihat bumi itu kering, kemudian apabila Kami menurunkan hujan menimpanya, bergeraklah tanahnya (dengan tumbuh-tumbuhan yang merecup tumbuh) dan gembur membusutlah ia, serta ia pula menumbuhkan berjenis-jenis tanaman yang indah permai (5) [Al-Hajj]

Tidakkah engkau melihat bahawa Allah telah menurunkan hujan dari langit, lalu menjadilah bumi ini hijau subur (dengan sebabnya)? Sesungguhnya Allah Maha Halus serta lemah-lembut (urusan tadbirNya), lagi Maha Mendalam pengetahuanNya (akan hal-ehwal sekalian makhlukNya) (63) Segala yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaanNya dan sesungguhnya Allah, Dialah jua Yang Maha Kaya, lagi Maha Terpuji (64) Tidakkah engkau melihat bahawa Allah telah memudahkan apa yang ada di bumi untuk kegunaan kamu dan (demikian juga) kapal-kapal yang belayar di laut dengan perintahNya? Dan Dia pula menahan langit daripada runtuh menimpa bumi, kecuali dengan izinNya; sesungguhnya Allah Amat melimpah belas kasihanNya dan rahmatNya kepada umat manusia (65) Dan Dialah yang menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, kemudian Dia menghidupkan kamu semula. Sesungguhnya manusia sangatlah tidak bersyukur (66) [Al-Hajj]

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari pati (yang berasal) dari tanah; (12) Kemudian Kami jadikan "pati" itu (setitis) air benih pada penetapan yang kukuh; (13) Kemudian Kami ciptakan air benih itu menjadi sebuku darah beku lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging; kemudian Kami ciptakan daging itu menjadi beberapa tulang; kemudian Kami balut tulang-tulang itu dengan daging. Setelah sempurna kejadian itu Kami bentuk ia menjadi makhluk yang lain sifat keadaannya. Maka nyatalah kelebihan dan ketinggian Allah sebaik-baik Pencipta (14) Kemudian, sesungguhnya kamu sesudah itu akan mati (15) Kemudian sesungguhnya kamu akan dibangkitkan hidup semula pada hari kiamat (16) Dan demi sesungguhnya, Kami telah menciptakan tujuh jalan di atas kamu dan Kami pula tidak lalai daripada (menyediakan keperluan) makhluk-makhluk Kami (17) Dan Kami turunkan hujan dari langit dengan sukatan yang tertentu, serta Kami tempatkan ia tersimpan di bumi dan sesungguhnya Kami sudah tentu berkuasa melenyapkannya (18) Kemudian, Kami tumbuhkan untuk kamu dengan air itu, kebun-kebun tamar (kurma) dan anggur. Kamu beroleh dalam kebun-kebun itu (berbagai jenis lagi) buah-buahan yang banyak dan dari kebun-kebun itulah kamu beroleh rezeki penghidupan kamu (19) Dan (Kami juga menumbuhkan untuk kamu) pokok yang asal tumbuhnya di kawasan Gunung Tursina, yang mengeluarkan minyak dan lauk bagi orang-orang yang makan (20) Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak itu kamu beroleh punca-punca yang menyedarkan (tentang kemurahan dan kebijaksanaan Allah penciptanya); Kami beri kamu minum dari susu yang ada dalam perutnya dan kamu beroleh banyak faedah lagi padanya dan daripadanya juga kamu beroleh rezeki penghidupan kamu(21) Dan di atas binatang-binatang ternak itu, serta di atas kapal-kapal kamu diangkut (22) [Al-Mu'minun]

Tidakkah engkau mengetahui bahawasanya Allah (Yang Maha Esa dan Maha Kuasa) sentiasa bertasbih kepadaNya sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi serta burung-burung yang terbang berbaris di angkasa? Masing-masing sedia mengetahui (menurut keadaan semulajadinya) akan cara mengerjakan ibadatnya kepada Allah dan memujiNya dan Allah Maha Mengetahui akan apa yang mereka lakukan (41) Dan bagi Allah jualah kuasa pemerintahan langit dan bumi dan kepada Allah sahaja tempat kembali (sekalian makhluk) (42) Tidakkah engkau melihat bahawasanya Allah mengarahkan awan bergerak perlahan-lahan, kemudian Dia mengumpulkan kelompok-kelompoknya, kemudian Dia menjadikannya tebal berlapis-lapis? Selepas itu engkau melihat hujan turun dari celah-celahnya dan Allah pula menurunkan hujan batu dari langit, dari gunung-ganang (awan) yang ada padanya; lalu Dia menimpakan hujan batu itu kepada sesiapa yang dikehendakiNya, dan menjauhkannya dari sesiapa yang dikehendakiNya. Sinaran kilat yang terpancar dari awan yang demikian keadaannya, hampir-hampir menyambar dan menghilangkan pandangan (43) Allah menukarkan malam dan siang silih berganti; sesungguhnya yang demikian mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang celik mata hatinya berfikir (44) Dan Allah menciptakan tiap-tiap haiwan yang bergerak itu dari air; maka sebahagian di antara mereka menjalar atas perutnya dan sebahagian di antaranya berjalan dengan dua kaki dan sebahagian lagi berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa sahaja yang Dia kehendaki (selain dari yang tersebut), kerana sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu (45) [An-Nuur]

Tidakkah engkau melihat kekuasaan Tuhanmu? Bagaimana Dia menjadikan bayang-bayang itu terbentang (luas kawasannya) dan jika Dia kehendaki tentulah Dia menjadikannya tetap (tidak bergerak dan tidak berubah)! Kemudian Kami jadikan matahari sebagai tanda yang menunjukkan perubahan bayang-bayang itu; (45) Kemudian Kami tarik balik bayang-bayang itu kepada Kami, dengan beransur-ansur (46) Dan Dialah Tuhan yang menjadikan malam untuk kamu sebagai pakaian dan menjadikan tidur untuk berhenti rehat, serta menjadikan siang untuk keluar mencari rezeki (47) Dan Dialah Tuhan yang menghantarkan angin sebagai berita gembira sebelum kedatangan rahmatNya dan Kami menurunkan dari langit: Air yang bersih suci, (48) Untuk Kami hidupkan dengan air itu bumi yang mati, serta memberi minum air itu kepada sebahagian dari makhluk-makhluk Kami, khasnya binatang ternak yang banyak dan manusia yang ramai (49) Dan demi sesungguhnya! Kami telah berulang-ulang kali menyebarkan hujjah-hujjah di antara manusia melalui Al-Quran supaya mereka berfikir (mengenalku serta bersyukur); dalam pada itu kebanyakan manusia tidak mahu melainkan berlaku kufur (50) [Al-Furqaan]

Dan Dialah Tuhan yang telah mengalirkan dua laut berdampingan, yang satu tawar lagi memuaskan dahaga dan yang satu lagi masin lagi pahit; serta Dia menjadikan antara kedua-dua laut itu sempadan dan sekatan yang menyekat percampuran keduanya (53) Dan Dialah Tuhan yang menciptakan manusia dari air, lalu dijadikannya (mempunyai) titisan baka dan pertalian keluarga (persemendaan) dan sememangnya tuhanmu berkuasa (menciptakan apa jua yang dikehendakiNya) (54) [Al-Furqaan]

Bahkan siapakah yang telah mencipta langit dan bumi dan menurunkan hujan dari langit untuk kamu? Lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman kebun-kebun (yang menghijau subur) dengan indahnya, yang kamu tidak dapat dan tidak berkuasa menumbuhkan pohon-pohonnya. Adakah sebarang tuhan yang lain bersama-sama Allah? (Tidak!) bahkan mereka (yang musyrik itu) adalah kaum yang menyeleweng dari kebenaran (tauhid) (60) Atau siapakah yang telah menjadikan bumi tempat penetapan dan telah menjadikan sungai-sungai di antara bahagian-bahagiannya dan telah menjadikan untuknya gunung-ganang yang menetapnya dan juga telah menjadikan di antara dua laut (yang masin dan yang tawar) sekatan (semula jadi) yang memisahnya? Adakah sebarang tuhan yang lain bersama-sama Allah? (Tidak!) bahkan kebanyakan mereka (yang musyrik itu) tidak mengetahui (61) Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang menderita apabila dia berdoa kepadaNya dan yang menghapuskan kesusahan, serta menjadikan kamu pengganti (umat-umat yang telah lalu) mendiami dan menguasai bumi? Adakah sebarang tuhan yang lain bersama-sama Allah? Amat sedikit di antara kamu yang mengingati (nikmat Allah itu) (62) Atau siapakah yang menunjukkan jalan kepada kamu dalam gelap-gelita darat dan laut dan yang menghantarkan angin sebagai pembawa berita yang menggembirakan sebelum kedatangan rahmatNya? Adakah sebarang tuhan yang lain bersama-sama Allah? Maha Tinggilah keadaan Allah dari apa yang mereka sekutukan denganNya (63) Atau siapakah yang memulakan kejadian sekalian makhluk, kemudian dia mengembalikannya (hidup semula sesudah matinya) dan siapakah yang memberi rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Adakah sebarang tuhan yang lain bersama-sama Allah? Katakanlah (wahai Muhammad): Bawalah kemari keterangan-keterangan kamu, jika betul kamu orang-orang yang benar (64)Katakanlah lagi: Tiada sesiapapun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib melainkan Allah! Dan tiadalah mereka menyedari bilakah masing-masing akan dibangkitkan hidup semula (sesudah mati) (65) [An-Naml]

Katakanlah: Bagaimana fikiran kamu jika Allah menjadikan malam kepada kamu tetap selama-lamanya hingga ke hari kiamat; tuhan yang manakah yang lain dari Allah, yang dapat membawakan cahaya yang menerangi kepada kamu? Maka mengapa kamu tidak mahu mendengar (secara memahami dan menerima kebenaran)? (71) katakanlah lagi: Bagaimana fikiran kamu jika Allah menjadikan siang kepada kamu tetap selama-lamanya hingga ke hari kiamat; tuhan yang manakah yang lain dari Allah, yang dapat membawakan malam kepada kamu untuk kamu berehat padanya? Maka mengapa kamu tidak mahu melihat (dalil-dalil dan bukti keesaan dan kekuasaan Allah)? (72) Dan di antara rahmat pemberianNya, Dia menjadikan untuk kamu malam dan siang (silih berganti supaya kamu berehat padanya dan supaya kamu berusaha mencari rezeki dari limpah kurniaNya dan juga supaya kamu bersyukur (73) [Al-Qasas]

Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: Siapakah yang menurunkan hujan dari langit, lalu Dia hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya? Sudah tentu mereka akan menjawab: Allah. Ucapkanlah (wahai Muhammad): Alhamdulillah (sebagai bersyukur disebabkan pengakuan mereka yang demikian), bahkan kebanyakan mereka tidak memahami (hakikat tauhid dan pengertian syirik) (63) Dan (ingatlah bahawa) kehidupan dunia ini (meliputi segala kesenangan dan kemewahannya, jika dinilaikan dengan kehidupan akhirat) tidak lain hanyalah ibarat hiburan dan permainan dan sesungguhnya negeri akhirat itu ialah kehidupan yang sebenar-benarnya; kalaulah mereka mengetahui (hakikat ini tentulah mereka tidak akan melupakan hari akhirat) (64) Dalam pada itu, apabila mereka naik bahtera (lalu menemui sesuatu bahaya di laut), mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan doa yang tulus ikhlas kepadaNya. Kemudian setelah Allah menyelamatkan mereka (naik) ke darat, mereka berlaku syirik kepadaNya (65) (Akibat syirik itu) menjadilah mereka orang-orang yang kufurkan nikmat yang Kami telah berikan kepadanya dan (menjadi) orang-orang yang hanya dapat bersuka ria di dunia; kemudian mereka akan mengetahui kelak akibat buruk apa yang mereka lakukan (66) [Al-'Ankabuut]

Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaanNya (menghidupkan kamu semula), bahawa Dia menciptakan kamu dari tanah; setelah sempurna sahaja peringkat-peringkat kejadian kamu, kamu menjadi manusia yang hidup bertebaran di muka bumi (20) Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan rahmatNya, bahawa Dia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya dan dijadikanNya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang yang berfikir (21) Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaanNya dan kebijaksanaanNya ialah kejadian langit dan bumi dan perbezaan bahasa kamu dan warna kulit kamu. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan bagi orang-orang yang berpengetahuan (22) Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kemurahanNya dan kasih sayangNya ialah tidurnya kamu pada waktu malam dan pada siang hari dan usaha kamu mencari rezeki dari limpah kurniaNya (pada kedua-dua waktu itu). Sesungguhnya keadaan yang demikian mengandungi keterangan-keterangan bagi orang-orang yang mahu mendengar (nasihat pengajaran) (23) Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kebesaranNya dan kekuasaanNya, Ia memperlihatkan kilat kepada kamu, untuk menakutkan (dari panahan petir) dan memberi harapan (dengan turunnya hujan) dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dengan hujan itu. Sesungguhnya yang demikian mengandungi keterangan-keterangan bagi orang-orang yang menggunakan akal untuk memahamiNya (24) Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan keluasan ilmuNya dan kekuasaanNya, ialah terdirinya langit dan bumi (dalam keadaan yang menakjubkan itu) dengan perintah dan penentuan takdirNya; akhirnya apabila Dia menyeru kamu dengan satu seruan (supaya kamu bangkit hidup semula) dari bumi, kamu dengan serta merta keluar (dari kubur masing-masing) (25) Dan sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi adalah hak kepunyaanNya, masing-masing tetap tunduk kepada hukum peraturanNya (26) Dan Dialah yang memulakan kejadian sekalian makhluk, kemudian Dia mengembalikannya (hidup semula sesudah mereka mati), sedang perlaksanaan yang demikian amatlah mudah bagiNya dan bagiNyalah jua sifat yang tertinggi di langit dan di bumi, dan Dialah jua Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana (27) [Ar-Ruum]

Allah jualah yang menghantarkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan; kemudian Allah menyebarkan awan itu di langit sebagaimana yang dikehendakiNya dan menjadikannya berkelompok-kelompok; lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka apabila Allah menurunkan hujan itu mengenai sesiapa yang dikehendakiNya dari hamba-hambanya, mereka serta merta bergembira; (48) Dan sesungguhnya mereka dahulu, sebelum diturunkan hujan kepada mereka, adalah orang-orang yang telah berputus asa (49) Maka lihatlah olehmu kepada kesan-kesan rahmat Allah, bagaimana Dia menghidupkan bumi sesudah matinya (dengan tanaman-tanaman yang menghijau subur). Sesungguhnya Allah yang demikian kekuasaanNya, sudah tentu berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati dan (ingatlah) Dia maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu (50) [Ar-Ruum]

Allah yang menciptakan kamu bermula dengan keadaan lemah, selepas berkeadaan lemah itu Dia menjadikan kamu kuat. Setelah itu Dia menjadikan kamu lemah pula serta tua beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya dan Dialah jua yang Maha Mengetahui, lagi Maha Kuasa (54) [Ar-Ruum]

Dia menciptakan langit dengan tidak bertiang sebagaimana yang kamu melihatnya; dan Dia mengadakan di bumi gunung-ganang yang menetapnya supaya bumi itu tidak menghayun-hayunkan kamu dan Dia biakkan padanya berbagai jenis binatang; dan Kami menurunkan hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan di bumi berbagai jenis tanaman yang memberi banyak manfaat (10) Ini (semuanya adalah) ciptaan Allah, maka cubalah kamu tunjukkan kepadaKu apakah yang telah diciptakan oleh makhluk-makhluk yang lain daripadaNya (yang kamu sembah itu)? (Tidak ada sesuatu pun) bahkan orang-orang yang zalim (dengan perbuatan syiriknya) itu berada dalam kesesatan yang jelas nyata (11) [Luqman]

Sesungguhnya di sisi Allah pengetahuan yang tepat tentang hari kiamat dan Dialah jua Yang Menurunkan hujan dan Yang Mengetahui dengan sebenar-benarnya tentang apa yang ada dalam rahim (ibu yang mengandung) dan tiada seseorang pun yang betul mengetahui apa yang akan diusahakannya esok (samada baik atau jahat); dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi negeri manakah dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Amat Meliputi pengetahuanNya (34) [Luqman]

Dan orang-orang yang kafir berkata: Hari kiamat itu tidak akan datang kepada kami. Katakanlah (wahai Muhammad): Bahkan (tetap datang). Demi Tuhanku yang mengetahui segala perkara yang ghaib, hari kiamat itu sesungguhnya akan datang kepada kamu. Tiada tersembunyi dari pengetahuanNya barang seberat debu yang ada di langit atau di bumi dan tidak ada yang lebih kecil dari itu atau yang lebih besar melainkan semuanya tertulis di dalam Kitab yang terang nyata (3) [Saba']

Segala puji tertentu bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi, yang menjadikan malaikat utusan-utusan yang bersayap: Dua, tiga dan empat; Dia menambah pada bentuk kejadian makhluk yang diciptakanNya apa jua yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu (1) Apa jua jenis rahmat yang dibukakan oleh Allah kepada manusia, maka tidak ada sesuatupun yang dapat menahannya dan apa jua yang ditahan oleh Allah maka tidak ada sesuatupun yang dapat melepaskannya sesudah itu dan (ingatlah) Dialah sahaja Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana (2) Wahai umat manusia, kenangkanlah nikmat Allah yang telah dikurniakanNya kepada kamu; tidak ada sama sekali yang menciptakan sesuatu selain daripada Allah; Dia memberi rezeki kepada kamu dari langit dan bumi. Tiada Tuhan melainkan Dia, maka mengapa kamu rela dipalingkan (dari menyembahnya)? (3) [Faatir]

Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari (setitis) air benih, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (lelaki dan perempuan) dan tiada mengandung seseorang perempuan (juga seekor betina) dan tidak pula satu-satunya melahirkan (anak yang dikandungnya) melainkan dengan keadaan yang diketahui Allah dan tidak diberikan seseorang berumur panjang, juga tidak dijadikan seseorang pendek umurnya, melainkan ada kadarnya di dalam Kitab Ilahi. Sesungguhnya yang demikian itu mudah sahaja kepada Allah (11) Dan tidaklah sama keadaan dua laut (sekalipun satu jenisnya), yang satu tawar lagi memuaskan dahaga serta sesuai diminum, sementara yang satu lagi masin lagi pahit dan (kedua-duanya itu berfaedah kepada kamu): Dari tiap-tiap satunya kamu dapat makan daging yang lembut hidup-hidup dan dapat pula kamu mengeluarkan benda-benda perhiasan untuk kamu memakainya; (selain itu) engkau melihat pula kapal-kapal membelah air belayar padanya; (diadakan semuanya itu) supaya kamu dapat mencari rezeki dari limpah kurnia Allah dan supaya kamu bersyukur (12) Allah jua yang memasukkan malam pada siang dan memasukkan siang pada malam (silih berganti) dan Dia yang memudahkan peredaran matahari dan bulan; tiap-tiap satu dari keduanya beredar untuk suatu masa yang telah ditetapkan. Yang melakukan semuanya itu ialah Allah Tuhan kamu, bagiNyalah kuasa pemerintahan; sedang mereka yang kamu sembah (yang lain dari Allah) tidak mempunyai sesuatu pun walau senipis selaput biji kurma (13) [Faatir]

Tidakkah engkau melihat bahawa Allah menurunkan hujan dari langit, lalu Kami keluarkan dengan air hujan itu buah-buahan yang berlainan jenis dan rupanya; dan di antara gunung-ganang pula ada yang mempunyai jalur-jalur serta lorong-lorong putih dan merah, yang berlainan warnanya (tua dan muda) dan ada juga yang hitam legam; (27) Dan demikian pula di antara manusia dan binatang-binatang yang melata serta binatang-binatang ternak, ada yang berlainan jenis dan warnanya? Sebenarnya yang menaruh bimbang dan takut (melanggar perintah) Allah dari kalangan hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Pengampun (28) [Faatir]

Dan dalil yang terang untuk mereka (memahami kekuasaan dan kemurahan kami), ialah bumi yang mati; kami hidupkan ia serta kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripada biji-bijian itu mereka makan (33) Dan kami jadikan di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, (34) Supaya mereka makan dari buah-buahannya dan dari apa yang dikerjakan oleh tangan mereka; maka patutkah mereka tidak bersyukur? (35) Maha Suci Tuhan Yang telah menciptakan makhluk-makhluk semuanya berpasangan; samada dari yang ditumbuhkan oleh bumi atau dari diri mereka ataupun dari apa yang mereka tidak mengetahuinya (36) Dan lagi dalil yang terang untuk mereka (berfikir) ialah malam; Kami hilangkan siang daripadanya, maka dengan serta-merta mereka berada dalam gelap-gelita; (37) Dan (sebahagian dari dalil yang tersebut ialah) matahari; ia kelihatan beredar ke tempat yang ditetapkan baginya; itu adalah takdir Tuhan Yang Maha Kuasa, lagi Maha Mengetahui; (38) Dan bulan pula Kami takdirkan ia beredar melalui beberapa peringkat, sehingga di akhir peredarannya kelihatan kembalinya pula ke peringkat awalnya (berbentuk melengkung) seperti tandan yang kering (39)(Dengan ketentuan yang demikian), matahari tidak mudah baginya mengejar bulan, dan malam pula tidak dapat mendahului siang; kerana tiap-tiap satunya beredar terapung-apung di tempat edarannya masing-masing (40) Dan satu dalil lagi untuk mereka (insaf) ialah, Kami membawa belayar jenis keluarga mereka dalam bahtera yang penuh sarat; (41) Dan Kami ciptakan untuk mereka, jenis-jenis kenderaan yang sama dengannya, yang mereka dapat mengenderainya (42) Dan jika kami kehendaki, kami boleh tenggelamkan mereka; (kiranya Kami lakukan yang demikian) maka tidak ada yang dapat memberi pertolongan kepada mereka dan mereka juga tidak dapat diselamatkan; (43) Kecuali dengan kemurahan dari pihak Kami memberi rahmat dan kesenangan hidup kepada mereka hingga ke suatu masa (44) [Yaa Siin]

Tidakkah mereka melihat dan memikirkan, bahawa Kami telah menciptakan untuk mereka binatang-binatang ternak, di antara jenis-jenis makhluk yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami lalu mereka memilikinya? (71) Dan Kami jinakkan ia untuk kegunaan mereka; maka sebahagian di antaranya menjadi kenderaan mereka dan sebahagian lagi mereka makan (72) Dan mereka beroleh berbagai faedah dan kegunaan pada binatang ternak itu dan juga beroleh minuman; maka mengapa mereka tidak mahu bersyukur? (73) [Yaa Siin]

Tidakkah manusia itu melihat dan mengetahui, bahawa Kami telah menciptakan dia dari (setitis) air benih? Dalam pada itu (setelah Kami sempurnakan kejadiannya dan tenaga kekuatannya) maka dengan tidak semena-mena menjadilah dia seorang pembantah yang terang jelas bantahannya (mengenai kekuasaan Kami menghidupkan semula orang-orang yang mati), (77)Serta dia mengemukakan satu misal perbandingan kepada Kami (tentang kekuasaan itu) dan dia pula lupakan keadaan Kami menciptakannya sambil dia bertanya: Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-tulang yang telah hancur seperti debu? (78)Katakanlah: Tulang-tulang yang hancur itu akan dihidupkan oleh Tuhan yang telah menciptakannya pada awal mula wujudnya dan Dia Maha Mengetahui akan segala keadaan makhluk-makhluk (yang diciptakanNya); (79) Tuhan yang telah menjadikan api (boleh didapati) dari pohon-pohon yang hijau basah untuk kegunaan kamu, maka kamu pun selalu menyalakan api dari pohon-pohon itu (80) Tidakkah diakui dan tidakkah dipercayai bahawa Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi (yang demikian besarnya) berkuasa menciptakan semula manusia sebagaimana Dia menciptakan mereka dahulu? Ya! Diakui dan dipercayai berkuasa! Dan Dialah Pencipta yang tidak ada bandinganNya, lagi Yang Maha Mengetahui(81) Sesungguhnya keadaan kekuasaanNya apabila Dia menghendaki adanya sesuatu, hanyalah Dia berfirman kepada (hakikat) benda itu: Jadilah engkau!. Maka ia terus menjadi (82) Oleh itu akuilah kesucian Allah (dengan mengucap: Subhaanallah!) Tuhan yang memiliki dan menguasai tiap-tiap sesuatu dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan (83) [Yaa Siin]

Kalaulah Allah hendak mempunyai anak, tentulah Dia memilih mana-mana yang dikehendakiNya dari makhluk-makhluk yang diciptakanNya; Maha Sucilah Dia (dari menghendaki yang demikian). Dialah Allah, Yang Maha Esa, lagi Yang Mengatasi kekuasaanNya segala-galanya (4) Dia menciptakan langit dan bumi dengan ada faedah dan gunanya yang sebenar; Ia pula menjadikan malam melingkari siang (dengan gelapnya) dan menjadikan siang melingkari malam (dengan cahayanya) dan Dia menjadikan matahari dan bulan beredar menurut perintahnya, tiap-tiap satu dari keduanya, beredar untuk suatu masa yang telah ditetapkan. Ingatlah! Dialah Yang Maha Kuasa, lagi Yang sentiasa Mengampuni (5) Dia menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), kemudian Dia menjadikan daripadanya, isterinya (Hawa) dan Dia mengadakan untuk kamu binatang-binatang ternak delapan ekor: (Empat) pasangan (jantan dan betina). Dia menciptakan kamu dalam kandungan ibu kamu (berperingkat-peringkat) dari satu kejadian ke satu kejadian. Dalam tiga suasana yang gelap-gelita. Yang demikian (kekuasaanNya) ialah Allah Tuhan kamu; bagiNyalah kekuasaan yang mutlak; tiada Tuhan melainkan Dia; oleh itu bagaimana kamu dapat dipesongkan (dari mematuhi perintahNya)? (6) [Az-Zumar]

Tidakkah engkau memerhatikan, bahawa Allah menurunkan hujan dari langit, lalu dialirkanNya menjadi mata air-mata air di bumi; kemudian Dia menumbuhkan dengan air itu tanaman-tanaman yang berbagai jenis dan warnanya; kemudian tanaman-tanaman itu bergerak segar (hingga ke suatu masa yang tertentu), selepas itu engkau melihatmu berupa kuning; kemudian Dia menjadikannya hancur bersepai? Sesungguhnya segala yang tersebut itu mengandungi peringatan yang menyedarkan orang-orang yang berakal sempurna (21) [Az-Zumar]

Kami akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di merata-rata tempat (dalam alam yang terbentang luas ini) dan pada diri mereka sendiri, sehingga ternyata jelas kepada mereka bahawa Al-Quran adalah benar. Belumkah ternyata kepada mereka kebenaran itu dan belumkah cukup (bagi mereka) bahawa Tuhanmu mengetahui dan menyaksikan tiap-tiap sesuatu? (53) Ingatlah! Sesungguhnya mereka (yang kufur ingkar) sentiasa berada di dalam keadaan syak (ragu-ragu) tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah! Sesungguhnya Allah Maha Meliputi pengetahuanNya akan tiap-tiap sesuatu (54) [Fussilat]

Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah kapal-kapal (yang besar tinggi) seperti gunung, belayar laju merempuh lautan(32) Jika Dia kehendaki, Dia menghentikan tiupan angin, maka tinggallah kapal-kapal itu terapung-apung di muka lautan. Sesungguhnya yang demikian mengandungi tanda-tanda (yang besar pengajarannya) bagi tiap-tiap seorang (mukmin) yang sentiasa bersikap sabar, lagi sentiasa bersyukur (33) [Asy-Syuura]

Dan pada bumi ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan dan kekuasaan Allah) bagi orang-orang (yang mahu mencapai pengetahuan) yang yakin, (20) Dan juga pada diri kamu sendiri. Maka mengapa kamu tidak mahu melihat serta memikirkan (dalil-dalil dan bukti itu)? (21) Dan di langit pula terdapat (sebab-sebab) rezeki kamu dan juga terdapat apa yang telah (ditakdirkan dan) dijanjikan kepada kamu (22) [Az-Zaariyaat]

Dan langit itu Kami dirikan dengan kekuasaan Kami (dalam bentuk binaan yang kukuh rapi) dan sesungguhnya Kami adalah mempunyai kekuasaan yang luas tidak terhingga (47) Dan bumi pula Kami hamparkan (untuk kemudahan kamu mendiaminya); maka Kamilah sebaik-baik yang menghamparkannya (48) Dan tiap-tiap jenis Kami ciptakan berpasangan, supaya kami dan mengingati (kekuasaan kami dan mentauhidkan Kami) (49) [Az-Zaariyaat]

Telah hampir saat (kedatangan hari kiamat) dan terbelahlah bulan (1) Dan kalau mereka (kaum musyrik Mekah) melihat sesuatu mukjizat, mereka berpaling ingkar sambil berkata: (Ini ialah) sihir yang terus menerus berlaku (2) [Al-Qamar]

Dia menciptakan manusia (lembaga Adam) dari tanah liat kering seperti tembikar, (14) Dan Dia telah menciptakan jin dari lidah api yang menjulang-julang; (15) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (16) (Dialah) Tuhan yang mentadbirkan dua timur dan Tuhan yang mentadbirkan dua barat (17) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (18) Dia biarkan air dua laut (yang masin dan yang tawar) mengalir, sedang keduanya pula bertemu; (19) Di antara keduanya ada penyekat yang memisahkannya, masing-masing tidak melampaui sempadannya; (20) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (21) Dari kedua laut itu, keluar mutiara dan marjan; (22) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (23) Dan Dialah yang menguasai kapal-kapal yang belayar di laut, yang kembang tinggi layarnya seperti gunung-ganang; (24) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (25) Segala yang ada di muka bumi itu akan binasa (26) Dan akan kekallah Zat Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan (27) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (28) Sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi sentiasa berhajat dan memohon kepadaNya. Tiap-tiap masa Dia di dalam urusan (mencipta dan mentadbirkan makhluk-makhlukNya)! (29) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan)? (30) [Ar-Rahmaan]

(Mengapa kamu masih berdegil?) Tidakkah kamu memikirkan keadaan air mani yang kamu pancarkan (ke dalam rahim)? (58)Adakah kamu yang menciptakannya atau Kami yang menciptakannya? (59) Kamilah yang menentukan (dan menetapkan masa) kematian (tiap-tiap seorang) di antara kamu dan Kami tidak sekali-kali dapat dikalahkan atau dilemahkan; (60)(Bahkan Kami berkuasa) menggantikan (kamu dengan) orang-orang yang serupa kamu (tetapi tidak seperti bawaan kamu) dan berkuasa menciptakan kamu dalam bentuk kejadian yang kamu tidak mengetahuinya (61) Dan demi sesungguhnya, kamu telah sedia mengetahui tentang ciptaan diri kamu kali pertama, maka ada baiknya kalau kamu mengambil ingatan (bahawa Allah yang telah menciptakan kamu dari tiada kepada ada, berkuasa membangkitkan kamu hidup semula pada hari akhirat kelak) (62) Maka (mengapa kamu masih berdegil?) Tidakkah kamu melihat apa yang kamu tanam? (63) Kamukah yang menumbuhkannya atau Kami yang menumbuhkannya? (64) Kalau Kami kehendaki, sudah tentu Kami akan jadikan tanaman itu kering hancur (sebelum ia berbuah), maka dengan itu tinggallah kamu dalam keadaan hairan dan menyesal, (65) (Sambil berkata): Sesungguhnya kami menanggung kerugian (66) Bahkan kami hampa (dari mendapat sebarang hasil) (67) Selain dari itu, tidakkah kamu melihat air yang kamu minum? (68) Kamukah yang menurunkannya dari awan (sebagai hujan) atau Kami yang menurunkannya? (69) Kalau Kami kehendaki, Kami akan jadikan ia masin, maka ada baiknya kalau kamu bersyukur(70) Akhirnya, tidakkah kamu melihat api yang kamu nyalakan (dengan cara digesek)? (71) Kamukah yang menumbuhkan pokok kayunya atau Kami yang menumbuhkannya? (72) Kami jadikan api (yang tercetus dari kayu basah) itu sebagai peringatan (bagi orang-orang yang lalaikan kebenaran hari akhirat) dan sebagai benda yang memberi kesenangan kepada orang-orang musafir (73) Oleh yang demikian (wahai orang yang lalai) bertasbihlah dengan memuji nama Tuhanmu Yang Maha Besar (sebagai bersyukur akan nikmat-nikmatNya itu) (74) [Al-Waaqi'ah]

Tidakkah engkau memikirkan, bahawa sesungguhnya Allah mengetahui segala yang ada di langit dan yang ada di bumi? Tiada berlaku bisikan antara tiga orang melainkan Dialah yang keempatnya dan tiada (berlaku antara) lima orang melainkan Dialah yang keenamnya dan tiada yang kurang dari bilangan itu dan tiada yang lebih ramai, melainkan Dia ada bersama-sama mereka di mana sahaja mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahu kepada mereka pada hari kiamat, apa yang mereka telah kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu (7) [Al-Mujaadalah]

Dialah yang telah mengaturkan kejadian tujuh petala langit yang berlapis-lapis; engkau tidak dapat melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Pemurah itu sebarang keadaan yang tidak seimbang dan tidak munasabah; (jika engkau ragu-ragu) maka ulangilah pandanganmu dapatkah engkau melihat sebarang kecacatan? (3) Kemudian ulangilah pandanganmu berkali-kali, nescaya pandanganmu itu akan berbalik kepadamu dengan hampa (daripada melihat sebarang kecacatan), sedang dia pula berkeadaan lemah lesu (kerana habis tenaga dengan sia-sia) (4) Dan demi sesungguhnya! Kami telah menghiasi langit yang dekat (pada penglihatan penduduk bumi) dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu punca rejaman terhadap Syaitan-syaitan dan Kami sediakan bagi mereka azab Neraka yang menjulang-julang (5) [Al-Mulk]

Tidakkah kamu mengetahui dan memikirkan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh petala langit bertingkat-tingkat, (15)Dan Dia menjadikan padanya bulan sebagai cahaya serta menjadikan matahari sebagai lampu (yang terang-benderang), (16)Dan Allah telah menumbuhkan kamu (hidup dari benda-benda yang berasal) dari bumi, dengan pertumbuhan yang sungguh-sungguh sempurna, (17) Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam bumi (sesudah mati) dan mengeluarkan kamu daripadanya (sesudah dihidupkan semula untuk dihitung amal kamu dan diberi balasan), dengan pengeluaran yang sesungguh-sungguhnya? (18) Dan Allah telah menjadikan bumi bagi kamu sebagai hamparan, (19) Supaya kamu melalui jalan-jalan yang luas padanya (20) [Nuh]

Patutkah manusia menyangka, bahawa dia akan ditinggalkan terbiar (dengan tidak diberikan tanggungjawab dan tidak dihidupkan menerima balasan)? (36) Bukankah dia berasal dari air mani yang dipancarkan (ke dalam rahim)? (37) Kemudian air mani itu menjadi sebuku darah beku, sesudah itu Tuhan menciptakannya, dan menyempurnakan kejadiannya (sebagai manusia)? (38) Lalu Tuhan menjadikan daripadanya dua jenis lelaki dan perempuan (39) Adakah (Tuhan yang menjadikan semuanya) itu tidak berkuasa menghidupkan orang-orang yang mati? (Tentulah berkuasa)! (40) [Al-Qiaamah]

Sesungguhnya Kami telah aturkan cara mencipta manusia bermulanya dari air mani yang bercampur (dari pati benih lelaki dan perempuan), serta Kami tetap mengujinya (dengan kewajipan-kewajipan); oleh itu maka Kami jadikan dia berkeadaan mendengar dan melihat (2) [Al-Insaan]

(Wahai golongan yang ingkarkan kebangkitan hidup semula!) Kamukah yang sukar diciptakan atau langit? Tuhan telah membinanya (dengan Kukuh)! (27) Dia telah meninggikan bangunan langit itu lalu menyempurnaKannya, (28) Dan Dia menjadikan malamnya gelap-gelita, serta menjadikan siangnya terang-benderang (29) Dan bumi sesudah itu dihamparkannya (untuk kemudahan penduduknya); (30) Dia mengeluarkan dari bumi itu: Airnya dan tumbuh-tumbuhannya; (31) Dan gunung-ganang pula dikukuhkan letaknya (di bumi, sebagai pancang pasak yang menetapnya); (32) (Semuanya itu) untuk kegunaan kamu dan binatang-binatang ternak kamu (33) [An-Naazi'aat]

http://www.islamonline.ws/my/my1.htm

Related Posts with Thumbnails